Tiga Peneliti Unpad Masuk Top 2% World Ranking Scientist
Peneliti Universitas Padjadjaran berhasil masuk ke dalam daftar ilmuwan teratas dunia atau Top 2% World Ranking Scientist yang dirilis Stanford University beberapa waktu lalu.
Ada tiga dosen dan peneliti Unpad yang masuk ke dalam daftar tersebut, yaitu Guru Besar Fakultas Farmasi Prof. Apt. Muchtaridi, PhD, serta dua peneliti Fakultas Kedokteran, yaitu dr. Ian Huang, Sp.PD., dan dr. Raymond Pranata. Di Indonesia, ketiganya masuk dalam 92 peneliti terbaik yang masuk ke daftar tersebut.
Penilaian Top 2% World Ranking Scientist dirilis oleh Prof. John P.A. loannidis MD Ph.D., dari Stanford University, Jeroen Baas dari Elsevier, dan Kevin Boyak dari SciTech Strategies. Peneliti yang masuk dalam daftar ini adalah mereka yang aktif melakukan penelitian dan publikasi, serta publikasi yang dihasilkan banyak yang dikutip oleh peneliti lainnya.
Diwawancarai Kanal Media Unpad, Prof. Muchtaridi mengapresiasi raihan prestasi tersebut. Guru Besar bidang Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal ini merupakan ilmuwan yang aktif mengembangkan potensi bahan alam sebagai senyawa kandidat.
Saat ini, Prof. Muchtaridi dan tim sedang mengembangkan buah manggis sebagai bahan penelitian, terutama senyawa aktifnya alfa mangostin. Penelitian itu juga yang banyak disitasi oleh peneliti terkemuka di dunia.
“Saat ini, saya banyak bergelut di target terapi kanker dengan menggunakan radiofarmaka,” ujarnya.
Dari penelitian tersebut, pada 2023 Prof. Muchtaridi menghasilkan 30 artikel yang terindeks di Google Scholar dan 19 artikel terindeks di Scopus. Sebanyak 70 persen artikel dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi.
Kendati berhasil masuk ke daftar ilmuwan terbaik dunia, hal ini tidak menjadi target dari aktivitas tridarma Prof. Muchtaridi. “Target saya hanya menjadi akademisi yang bermanfaat seperti halnya Moto Unpad: Bermanfaat dan Mendunia. Kalau memang dirasa raihan ini bermanfaat dan mendunia, Alhamdulillah berarti salah satu cita-cita saya tercapai,” imbuhnya.
Untuk bisa menghasilkan penelitian yang bermanfaat, seorang peneliti tidak bisa melakukan penelitiannya sendirian. Menurut Prof. Muchtaridi, kolaborasi menjadi kunci penting untuk menghasilkan penelitian yang bermanfaat.
“Reputasi saya sebagai peneliti tidak ada apa-apanya kalau tidak ada kontribusi dari mitra. Publikasi saya banyak karena juga kolaborasi baik dari internal adik-adik saya di Fakultas Farmasi Unpad, maupun eksternal,” ujarnya.
Dari kolaborasi yang dilakukan, Prof. Muchtaridi pun membentuk Pusat Kolaborasi Riset Radiofarmaka Ternaostik sejak tahun 2021. Pusat Kolaborasi ini menghimpun peneliti tidak hanya dari Unpad, tetapi juga dari ITB, UI, STFI, BRIN, RSHS, RS MRCCC Siloam, RS Dharmais, dan PT. Kimia Farma.
Ia pun berharap, prestasi ini dapat memotivasi peneliti lainnya, terutama Unpad, untuk meningkatkan aktivitas penelitian dan publikasi yang berkualitas. Luaran dari aktivitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan peneliti Unpad yang masuk dalam daftar ini. Ini didasarkan akurasi indeks dalam daftar ini memiliki reputasi yang baik.
“Indikasi bahwa penelitian kita sudah menggema di dunia, ya salah satunya masuk list ini,” pungkasnya.*