Strategi Pencegahan Kanker Serviks Menggunakan Asam Cuka
Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D mengukuhkan dua guru besar Fakultas Kedokteran (FK) dalam Sidang Terbuka Upacara Pengukuhan Guru Besar. Salah satu yang dikukuhkan dalam kegiatan tersebut adalah Prof. Dr. dr. Laila Nuranna, Sp.OG(K)Onk. Pengukuhan dilakukan secara virtual pada Sabtu lalu (24/4) dan dihadiri oleh Fery Farhati (istri Gubernur Anies Baswedan), Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM (Ketua Yayasan Kanker Indonesia/YKI Pusat), dan Sri Murniati Widodo (Wakil Ketua YKI Pusat).
Dalam pidatonya yang berjudul “Strategi Pencegahan Kanker Serviks di Indonesia dengan Skrining IVA-DoIVA serta Terapi Segera (Lihat dan Terapi)”, ia mengatakan bahwa angka penderita kanker serviks (kanker yang tumbuh pada leher rahim) di Indonesia masih sangat tinggi. “Di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan ada 36.633 kasus baru kanker serviks, dan lebih dari separuhnya, yaitu 21.003 orang meninggal dunia,” ujarnya.
Menurut Prof. Laila, kondisi ini seharusnya tidak perlu terjadi karena kanker serviks berbeda dari sebagian besar kanker lainnya. Serviks dapat dicegah dan dikenali secara dini, terlebih saat ini sudah tersedia vaksin kanker serviks, yaitu vaksin HPV (human papiloma virus). Sebenarnya di tingkat global, saat ini telah tersedia dua metode skrining deteksi dini kanker serviks, yaitu Tes Pap dan Tes HPV DNA dengan tingkat keakuratan yang cukup tinggi. Sayangnya, karena kondisi demografi Indonesia yang cukup heterogen, maka terdapat beberapa kendala untuk dapat melaksanakan skrining ini secara masif, yaitu kesiapan sumber daya manusia, biaya, serta kendala geografis.
Kendala-kendala ini menurutnya dapat teratasi dengan menerapkan suatu metode pemeriksaan kanker serviks dengan menggunakan asam cuka dapur. “Dengan memakai panca indra yang Sang Khalik anugerahkan, mata kita. Kita cukup mengoleskan asam cuka dapur dengan konsentrat 3-5% ke daerah serviks, lalu tunggu 1-2 menit, adakah perubahan warna, jika muncul plak putih, artinya serviks itu ada lesi pra kanker serviks. Lebih istimewanya, pemeriksaan ini hasilnya dapat langsung dilihat,” ujarnya.
Ini merupakan sebuah metode deteksi yang murah dan cukup mudah untuk dilakukan siapapun. Metode pemeriksaan sederhana ini dapat ditambahkan dengan foto dokumentasi hasil tes yang dapat dilakukan dengan kamera jenis apapun, bahkan kamera telepon genggam. Hasil dokumentasi ini nantinya dapat menjadi bahan ajang komunikasi dan konsultasi antara pasien dengan dokter melalui sistem daring, baik melalui pesan Whatsapp ataupun surel. Dengan metode pemeriksaan ini, maka deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan tanpa mengenal batas wilayah dan dapat dilakukan hampir semua orang.
Dia berharap, ke depannya para perempuan di Indonesia khususnya yang sudah menikah/sudah melakukan aktivitas seksual, harus mau melakukan deteksi dini kanker serviks, baik melalui metode Tes Pap, atau tes HPV DNA. Menurutnya, pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ini harus dilakukan tanpa menunggu keluhan.
“Sehingga kita bisa mencegah kematian yang terjadi karena adanya kanker serviks ini,” ujarnya.
Laila lulus dari Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1979, untuk kemudian melanjutkan Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di UI. Laila cukup aktif dalam melakukan riset dan publikasi ilmiah terkait kanker serviks. Tercatat, sebanyak 64 publikasi ilmiah nasional yang ia tulis dalam kurun waktu 1984-2021, dan sebanyak 27 karya ilmiah yang dipublikasikan jurnal internasional dalam kurun waktu 1987-2021. Diantara judul karya ilmiah yang ia buat adalah Sociodemographic and Survival Characteristics of patients with Cervical Cancer, dan Early Detection of Cervical Cancer as a Part of Family Planning Program. Ia juga tercatat sangat sering melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa workshop dan edukasi terkait kanker serviks sepanjang perjalanan karirnya.
Pada acara pengukuhan ini, hadir tamu undangan dari berbagai universitas, antara lain Prof. APM Heintz, MD, PhD dan Prof. René H M Verheijen, MD, PhD dari Utrecth Medical Centre, dan Prof. Alexander A.W. Peters, MD, PhD (Leiden University Medical Centre) serta sejumlah dekan dari 13 fakultas lain. Sejumlah 199 orang hadir mengikuti kegiatan yang disiarkan juga melalui UI Teve dan kanal Youtube resmi UI.