close

Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University Hadirkan Pakar, Ungkap Potensi Bisnis Jamu di Masa Pandemi

Jamu merupakan produk yang menarik untuk dibisniskan ketika pandemi COVID-19. Khasiat alam yang diramu dengan baik, menjadikan jamu sebagai obat tradisional yang masih diminati hingga hari ini. Hal ini mendorong Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menyelenggarakan Webinar Series #1 TROPBRC 2021dengan Tema, “Mau Jualan Jamu? Caranya Bagaimana?” yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan Live Streaming Youtube TropBRC IPB (22/04).

Prof Irmanida Batubara, Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University dalam sambutannya menyampaikan, “Kami mencoba untuk sharing informasi ke teman-teman yang ingin membuat usaha jamu. Saya rasa semua informasi dari pembicara sangat ditunggu oleh para pelaku usaha, semoga bisa memberikan manfaat yang baik”.

Dwi Ranny Pertiwi Zarman, MH, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu sebagai pemateri pertama, dalam pemaparannya tentang “Kiat dan Tips menjadi Pengusaha Jamu yang Tangguh”, menyampaikan bahwa ada 400 etnis di Indonesia yang memanfaatkan tanaman sebagai obat.

Baca Juga :  Tingkatkan Kemampuan Artificial Intelligence Perguruan Tinggi, Ditjen Diktiristek Gelar Pelatihan Pemanfaatan AI Center

“Jadi kita di Indonesia ini ada lebih dari 400 etnis yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Dengan adanya trend back to nature dan pandemi, akhirnya banyak masyarakat yang sekarang peduli dengan kesehatannya dan juga lebih memilih meminum jamu dari tanaman herbal/obat,” terangnya.

COVID-19 memberikan dampak negatif dan positif terhadap industri jamu. Menurut Dwi, dampak positifnya adalah masyarakat banyak yang mulai minum jamu sehingga penjualan jamu meningkat khususnya jamu siap minum. Di sisi lain, dampak negatifnya adalah banyaknya penjual jamu dadakan yang sebagian besar mengabaikan tata cara membuat jamu yang benar sehingga kualitasnya kurang baik.

Potensi pasar jamu selanjutnya dijelaskan oleh Tintin Sarianti, SP, MM, Wakil Ketua Program Kerjasama dan Bisnis TropBRC sekaligus Dosen IPB University dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Ia menyampaikan bahwa potensi pasar untuk produk jamu harus mengacu kepada data. Secara data, peminat jamu kemasan terbilang tinggi.

Baca Juga :  Gotong Royong Majukan Kebudayaan, ISI Denpasar-Mitra Tanda Tangani SPK Merdeka Belajar secara Driver Thru

“Dengan adanya jamu kemasan, anak-anak hingga orang tua yang suka meminum jamu jadi tidak repot. Hal ini menjadikan bisnis jamu ini menjadi peluang usaha yang menguntungkan,” ujarnya.

Menurutnya, industri jamu di dalam negeri memiliki peluang untuk berkembang lebih jauh sebab didukung ketersediaan bahan baku yang sangat melimpah. Terdapat lebih dari 30.000 varietas yang tergolong tanaman obat dan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai formulasi dan varian produk jamu. Seperti jahe merah, kunyit, temulawak, daun jati belanda, brotowali, kelor, cabe jawa, daun wungu dan lain-lain. (SHM/Zul)