Pulihkan Lingkungan, Profesor ITS Gagas Teknologi Bioremediasi dan Fitoremediasi
Prof Harmin Sulistiyaning Titah ST MT PhD saat membacakan orasi ilmiahnya pada pengukuhan Profesor ITS
Kampus ITS, ITS News — Pemulihan kualitas lingkungan perlu didongkrak demi meminimalisir tingkat pencemaran lingkungan. Hal itu mendorong Guru Besar ke-198 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Harmin Sulistiyaning Titah ST MT PhD menggagas teknologi bioremediasi dan fitoremediasi sebagai upaya pemulihan kualitas lingkungan hidup di Indonesia.
Profesor dari Departemen Teknik Lingkungan ITS tersebut menuturkan, pengelolaan kekayaan alam yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan sekitar. Pencemaran di suatu lingkungan menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas lingkungan tersebut. Padahal bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. “Oleh karena itu, perlu dilakukan pemulihan terhadap kualitas lingkungan,” ujar Harmin dalam orasi pengukuhannya sebagai profesor ITS.
Salah satu upaya yang digagas Harmin dalam memulihkan kawasan yang tercemar dari bahan pencemar organik dan anorganik dapat melalui remediasi. Upaya ini memanfaatkan teknologi secara fisik, kimia, biologis, dan perpaduan antara ketiga teknologi tersebut. Namun, dari semua teknologi tersebut, teknologi pemulihan biologis lingkungan memerlukan biaya yang lebih rendah. “Upaya biologis tersebut yakni fitoremediasi dengan memanfaatkan tumbuhan dan bioremediasi dengan pemanfaatan mikroorganisme untuk pemulihan lingkungan,” paparnya.
Peneliti kelahiran Malang ini mengatakan, kedua upaya tersebut menggunakan green technology karena ramah lingkungan dan tidak membutuhkan biaya banyak seperti metode lainnya. Bahkan, berdasarkan penelitiannya, green technology dapat memangkas biaya hingga 30 persen tanpa menimbulkan efek negatif lainnya. “Proses pemulihan secara alamiah dan mudah diterapkan menyebabkan bioremediasi menjadi pilihan yang tepat dalam pemulihan lingkungan,” tutur alumni ITS ini.
Terdapat tiga prinsip umum dalam penerapan bioremediasi antara lain biostimulasi, bioaugmentasi, dan natural attenuation. Biostimulasi dilakukan dengan menstimulasi mikroba indigenous seperti penambahan nutrien berupa karbon, nitrogen, fosfat, dan kalium. Kemudian, bioaugmentasi menambahkan mikroorganisme exogenous. Terakhir, natural attenuation mengelola intrinsik dengan syarat populasi mikroorganisme tinggi, nutrient tersedia, kondisi lingkungan memenuhi, dan kontaminan mudah terurai secara alami.
Lebih lanjut, terang Harmin, metode yang digunakan pada uji skrining adalah metode streak plate dengan menumbuhkan isolat bakteri pada media nutrient yang tercemar solar. Hasilnya, pertumbuhan bakteri menunjukkan pertumbuhan bakteri baik dan dapat bertahan pada konsentrasi solar ini. “Kesimpulan yang dapat diambil adalah bakteri bisa dimanfaatkan sebagai pendegradasi solar,” ungkap Harmin.
Setelah isolat didapatkan dari kawasan tercemar, lanjutnya, dilakukan pengujian toksisitas bahan pencemar terhadap bakteri untuk mendapat isolat bakteri yang tahan terhadap bahan pencemar tersebut. Metode yang dilakukan untuk menentukan reaksi bakteri terhadap logam berat adalah dengan pengamatan langsung sel bakteri yang terdampak. “Hasilnya, bioremediasi dapat menstimultankan antara augmentasi dengan biostimulasi dan menghasilkan penurunan hingga 90 persen pada total petroleum hydrocarbon,” terang Guru Besar bidang Pemulihan Biologis Lingkungan ini..
Sementara itu, fitoremediasi merupakan upaya menyerap polutan yang dimediasi oleh tumbuhan. Untuk memilih tumbuhan sebagai fitoremediasi, dilakukan dengan menentukan senyawa pencemarnya terlebih dahulu. Tumbuhan dengan kemampuan hidup di kawasan tercemar senyawa hidrokarbon diindikasikan dapat hidup di lingkungan ekstrem. Penelitian ini memilih upaya fitoremediasi dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat mengambil logam berat.
Dikatakan oleh istri Prof Herman Pratikno ST MT PhD ini, bakteri selalu hidup beriringan dengan manusia. Keseharian manusia dalam beraktivitas selalu menghasilkan limbah. “Hasil penelitian ini diharapkan dapat memulihkan lingkungan yang tercemar dan mempercepat proses untuk memulihkannya,” terang alumnus doktoral Universiti Kebangsaan Malaysia tersebut.
Keaktifan Harmin dalam menuntut ilmu sedari kecil, tak terlepas dari latarbelakang sang ayah sebagai dosen pengajar ilmu hukum. Dengan dukungan suami untuk giat belajar bersama dari magister hingga doktor, membuat Harmin kompak dalam mengurus keluarga dan mengejar karier hingga berhasil dikukuhkan sebagai profesor di ITS bareng suaminya. “Semoga dapat terus menjalankan tridarma perguruan tinggi dengan maksimal dan penuh rasa syukur,” ucap profesor yang ditemui usai dikukuhkan ini. (HUMAS ITS)