Pertama, Startup Alumnus ITS Gagas Inovasi Desain Produk dari Agel
Founder Cekka Studio Nurul Idzi (kiri) saat mendapat penghargaan UKM terpilih pada Sub-sektor Kriya Apresiasi Kreasi Indonesia 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Kampus ITS, ITS News — Alumnus S2 Magister Manajemen Teknologi (MMT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas startup bernama Cekka Studio yang pertama di Indonesia dengan pemanfaatan material agel sebagai bahan kerajinan rumah. Melalui material agel, Cekka Studio ingin menggaungkan produk kerajinan ramah lingkungan dan dapat memberi dampak sosial lewat pemberdayaan masyarakat.
Dengan latar belakang lulusan S1 Desain Produk Industri (Despro) ITS, Nurul Idzi terbesit untuk melakukan inovasi desain produk dari agel. Melalui pemanfaatan agel, Cekka Studio ingin mendobrak pengembangan produk dari alam dan memberikan dampak sosial pada komunitas serta ramah lingkungan. “Cekka menggunakan material agel yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia sehingga tidak merusak lingkungan tetapi kualitas produk masih terjamin,” jelasnya.
Lebih lanjut, menurut perempuan yang biasa disapa Idzi ini, serat agel sendiri merupakan serat daun gebang yang dipintal dan dianyam. Serat agel dapat menjadi alternatif material alam selain rotan dan eceng gondok. Memiliki tampilan natural warna kecoklatan, agel dapat digunakan menjadi kombinasi furniture bernuansa natural. Di tangan Cekka Studio, agel disulap menjadi produk lanyard, alas gelas, gantungan dinding, dan box. Tak diragukan, kualitas material agel juga tidak mudah patah dan lebih kuat.
Berdiri sejak bulan Agustus tahun 2020, Cekka Studio telah memenangkan beberapa nominasi meskipun di usia yang masih tergolong belia. Saat ini Cekka Studio terus berkembang dan terhimpun di bawah Inkubator Layanan Bisnis ITS (ILBI). Terhitung, produk Cekka Studio sudah terjual hingga lebih dari 2.500 produk. Pengiriman produk juga telah sampai ke Negeri Singa atau Singapura.
Jatuh bangun dalam perintisan usaha pun dilewati oleh Cekka Studio. Pasalnya, di awal perintisan usaha tim Cekka sempat terlewat akan kurangnya quality control produksi dan pengiriman. Alhasil, beberapa barang menjadi defect seperti contohnya kerajinan bengkok. “Kami pun mengevaluasi bersama tim dan akhirnya menyiasari dengan membentuk tim inti quality control dan pengetatan sebelum pengiriman produk,” papar Idzi.