Peneliti Unpad Jalin Kolaborasi Internasional untuk Sistem Bioproduksi Berkelanjutan
Tim peneliti Universitas Padjadjaran melalui Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan melakukan penelitian mengenai sistem bioproduksi untuk masa depan berkelanjutan. Penelitian ini menghasilkan model sistem bioreproduksi yang efektif untuk jangka panjang yang akan menjadi rekomendasi untuk pemerintah.
“Kita ingin membuat model atau prediksi untuk mengetahui sebenarnya pada tahun 2050 sistem bioproduksi apa yang masih memungkinkan untuk ada,” jelas Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, Dr. Susanti Withaningsih, M.Si., dalam acara “Hard Talk” bertema “Integrasi Sistem Bioproduksi Tradisional dan Modern untuk Masa Depan Berkelanjutan dan Tangguh Di Bawah Perubahan Iklim dan Ekosistem” yang diselenggarakan oleh Fikom Unpad secara daring, Selasa (21/11/2023).
Susanti menjelaskan, sistem bioproduksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem yang mengacu pada bidang pertanian dan kehutanan yang berkontribusi pada layanan ekosistem yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.
“Pada dasarnya ekosistem itu memberikan layanan kepada kita, kepada manusia tanpa kita minta dan ternyata itu sangat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia,” jelasnya.
Riset tersebut dilakukan di Kabupaten Sumedang. Dikatakan Susanti, sistem bioproduksi yang ada di Sumedang mewakili sistem bioproduksi yang ada di Jawa Barat sehingga cocok untuk lokasi penelitian.
“Kemudian yang menariknya adalah Sumedang itu pendapatan daerahnya itu terbesar itu dari sektor pertanian dan pangan serta kehutanan, jadi memang dari sistemproduksi yang mengandalkan sumber daya hayati. Hal menarik lagi di Sumendang itu sistem bioproduksi yang tadi itu itu tuh sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim,” jelas Susanti.
Riset tersebut juga dilakukan dengan melibatkan peneliti dari pihak-pihak lain. Dimulai dari IIJS Jepang, University of the Philippines Los Banos (UPLB), serta mahasiswa S-1, mahasiswa S-2, dan mahasiswa S-3 dari Unpad.
Dikatakan Susanti, selain terdampak oleh perubahan iklim, sistem bioproduksi juga terdampak oleh alih guna lahan. Sebab, saat ini, banyak pembangunan massif infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah, terutama di Kabupaten Sumedang. Hal tersebut menyebabkan banyak lahan-lahan yang menjadi sumber sistem bioproduksi, seperti lahan pertanian dan perhutanan, hilang.
“Jadi, ‘kan, perubahan infrastruktur di Sumedang itu sangat masif, ya. Nah, (pertanyaannya) apa yang akan terjadi pada sistem bioproduksi?” tambah Susanti.
Susanti menekankan, penting bagi kita untuk menjaga sistem bioproduksi. Ia juga berharap pemerintah bisa turun tangan untuk membantu para petani agar bisa menjaga sistem bioproduksi dengan baik. Itu diperlukan agar di masa yang akan datang, sistem bioproduksi tetap terjaga sehingga bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
“Kita perlu bantuan dari pemerintah untuk memberikan berbagai insentif bagi para petani yang menarik anak muda untuk melakukan dan terus mempratikkan sistem bioproduksi yang sangat vital bagi kehidupan kita,”ujar Susanti.
Susanti juga mengajak masyarakat untuk menjadi bagian dari masyarakat yang berkelanjutan dengan hidup harmonis dengan alam.
“Dengan menjadi bagian dari masyarakat yang berkelanjutan kita akan mempunyai tempat hidup yang lebih nyaman ya di bumi kita ini sehingga layanan ekosistem itu akan berjalan dengan sendirinya yang memberikan banyak manfaat kepada kita. Itu kita implementasikan dengan hidup harmonis dengan alam,” pesannya.*