Pekan Komunikasi UI 2021: Optimalisasi Penggunaan Teknologi di Era Hyper-Connected Society
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI), menggelar Pekan Komunikasi 2021 secara daring dengan tema “Adaptation in the Uncertainty Era”. Tema ini diangkat untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran mengenai cara beradaptasi di era pandemi yang membawa implikasi terhadap sendi-sendi kehidupan, melalui optimalisasi penggunaan teknologi di era hyper-connected society.
Pada seminar hari pertama Pekan Komunikasi UI 2021 dengan topik “Communication Strategy: Seize the Opportunity in the Uncertainty Era” hadir pembicara Reza Juniarshah (Corporate Communication Director Traveloka dan Alumni Ilmu Komunikasi), Whisnutama Kusubandio (Komisari Utama Telkomsel), dan Thor Kerr (Senior Lecture School of Media, Creative Arts and Social Inquiry, Faculty of Humanities Curtin University). Moderator pada acara tersebut adalah Whisnu Triwibowo, dosen dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.
Rangkaian kegiatan Pekan Komunikasi UI dilaksanakan pada 5-9 April 2021, dengan partisipasi mahasiswa dan dosen perguruan tinggi di Indonesia, serta praktisi bidang ilmu komunikasi dan masyarakat umum. Sejak kehadirannya pada 2007, ia menjadi tempat yang mempertemukan mahasiswa terbaik se-Indonesia untuk memberikan solusi atas sebuah fenomena dengan pendekatan ilmu komunikasi. Visi Pekan Komunikasi UI adalah menjadi kompetisi ilmu komunikasi terbaik di Indonesia, juga dapat berkontribusi kepada seluruh pihak yang terkait.
Dekan FISIP UI, Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc hadir membuka Pekan Komunikasi UI dan menjelaskan bahwa, “Dari tahun ke tahun, acara ini memperlihatkan wujud dari communication in action karena berbagai kegiatan dilaksanakan seperti seminar, workshop, lomba, dan company visit.”
Penggunaan teknologi di era sekarang diyakini dapat menjadi celah untuk tetap bertahan di era ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi dan menjawab kebutuhan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tahun ini, Pekan Komunikasi UI mengangkat tagline “See the Unseen” untuk mendorong semangat berpikir kreatif dan melihat peluang dalam pengoptimalan teknologi digital agar dapat beradaptasi di era pandemi.
“Salah satu faktor penyebaran Covid-19 yaitu mobilitas dan traveling. Ketika itu terjadi yang sangat jelas terdampak adalah industri pariwisata. Selama pandemi terdapat perubahan pola kebutuhan dan perilaku masyarakat dalam menentukan aktivitas berwisata. Traveloka melakukan studi melibatkan beberapa ribu pengguna dan menghasilkan tiga kesimpulan yaitu penerapan protokol kesehatan yang terjaga, fleksibilitas pemesanan, dan promosi harga yang selalu dicari customers. Dari hal tersebut lahirlah inovasi-inovasi baru Traveloka dan strategi untuk tetap bisa melayani para customers pada saat pandemi, seperti Clean Partners merupakan komitmen dari partners Traveloka untuk mematuhi protokol kesehatan, Order Now and Delivery untuk mengajak social distancing, serta Traveloka Live Stream untuk menawarkan program seru dan promosi dari aplikasi dan media sosial Traveloka,” jelas kata Reza Juniarshah.
Di sisi lain, Thor Kerr menjelaskan mengenai jaringan kabel telegram untuk bisa berkomunikasi antar negara. “Pada akhir tahun 2018, kabel sepanjang 4.600 km beroperasi dengan kapasitas 60 terabyte per second untuk menghubungkan Australia, Indonesia, dan Singapore. Jaringan kabel pertama Australia-Indonesia, selesai pada tahun 1871 ketika kabel bawah laut dibentangkan dari Darwin ke Banyuwangi. Lalu pada tahun 1889 untuk membangun kecepatan komunikasi yang tinggi kabel sepanjang 1650 km diletakan dari Banyuwangi ke Broome. Kabel yang sudah terpasang sejak dulu itu merupakan jaringan komunikasi untuk masa depan, seperti yang kita nikmati saat ini,” ujarnya.
Whisnutama berbicara tentang kedaulatan digital. Menurutnya, berbagai macam start up atau platform digital tumbuh besar saat ini. Pentingnya mewujudkan kedaulatan digital untuk menciptakan peluang dan potensi para pelaku jasa dan produk-produk lokal Indonesia dapat berkompetensi di era digital seperti saat ini bahkan menjadi juaranya di negeri sendiri.
“Dengan adanya upaya mewujudkan kedaulatan digital ini, Indonesia mempunyai peluang dan potensi yang lebih baik kedepannya. Kedaulatan tidak hanya soal perbatasan wilayah antar negara tetapi juga di platform digital karena jangan sampai perluasan jaringan internet yang diperuntungkan bukan untuk Indonesia tetapi justru platform atau start up bangsa asing, dan Indonesia hanya menjadi market. Bangsa kita harus bisa menciptakan peluang agar menjadi pemenangnya di era digital ini. Semakin kita mengenal sesuatu akan market maka akan semakin mudah menguasainya,” ujar Whisnutama.