close

Pakar IPB University Sebut Interaksi Orangtua dengan Anak Akan Meningkatkan Keharmonisan Keluarga selama COVID-19

Keluarga adalah institusi pertama dan utama dalam mendidik, melindungi serta memelihara anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan nila inilai keluarga, norma masyarakat dan agama yang dianut. Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung jawab pertama kali untuk mengenalkan tingkah laku yang dikehendaki.

Kemampuan keluarga mengendalikan individu secara terus menerus, merupakan kekuatan sosial yang tidak dapat ditemukan pada lembaga lainnya. Munculnya berbagai isu keluarga dan anak di masa pandemi, seperti perceraian,  pernikahan anak,  gangguan kesehatan mental pada anak, serta munculnya kembali isu terorisme dengan pelaku usia muda, maka bagi para ahli di bidang ilmu keluarga selalu mengaitkan dengan pertanyaan “bagaimana peran dan fungsi keluarga saat ini?”

Selama masa pandemi COVID-19, perubahan demi perubahan dihadapi oleh keluarga pada sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan, maupun sektor lain. Kondisi ini memengaruhi kehidupan seluruh anggota keluarga.  Perubahan-perubahan dalam kehidupan keluarga menimbulkan ketidakstabilan peran dan fungsi keluarga di masa pandemi.  Dampak pandemi COVID-19 tersebut tidak hanya dirasakan oleh  orangtua tetapi juga anak, terutama anak remaja.  

Program sekolah daring dan batalnya berbagai acara maka anak-anak kehilangan beberapa momen besar di kehidupannya dan  momen keseharian seperti berinteraksi dengan teman dan berpartisipasi di sekolah.  Hasil penelitian United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa anak yang benar-benar merasakan perubahan hidup akibat wabah COVID-19 akan menimbulkan rasa cemas, terisolasi dan kecewa.  

Baca Juga :  Wakil Dubes Jerman Temui Mahasiswa Peserta Program IISMA, Dukung Persiapan Mahasiswa Sebelum Keberangkatan

Dampak COVID-19 ini sangat dirasakan terutama oleh anak-anak dari keluarga rentan sehingga kehidupan yang dihadapi anak akan semakin sulit.  Hasil penelitian terhadap anak remaja menunjukkan bahwa selama masa pandemi COVID-19 anak merasa bosan menjalani kehidupan dan merasa kesepian.  Adanya permasalahan yang dihadapi anak-anak di masa pandemi akan memicu rendahnya kesehatan mental anak-anak dan tentunya akan membahayakan kondisi sumberdaya manusia di masa akan datang.

Menurut Dr Tin Herawati, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi permasalahan yang dihadapi anak, terutama anak remaja di masa pandemi adalah orangtua harus meningkatkan interaksi, pengawasan dan dukungan kepada anak-anak.  Hasil penelitian menunjukkan interaksi orangtua-anak yang baik akan membantu anak memiliki ketangguhan dalam menghadapi kerentanan, sehingga fungsi dan peran orang tua sangat penting dalam memberi dukungan, mengawasi, dan berkomunikasi dengan baik terhadap anak.

Interaksi orangtua terhadap anak harus disertai suasana kehangatan, dorongan, perawatan dan bantuan  dari orangtua.  “Jika hal tersebut dilakukan maka anak merasa diperhatikan dihargai dan bernilai sehingga akan membentuk kepribadian anak menjadi baik,” ujar Dr Tin.

Baca Juga :  Lolos Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Mahasiswi UNSOED 'Seperti Kuliah di Sekolahnya Harry Potter’

Oleh karena itu, katanya, sudah seharusnya orangtua menjadi teman bagi anak-anak di rumah sehingga anak-anak bisa berbagi cerita, melaksanakan berbagai aktivitas bersama sehingga anak menjadi nyaman dan tetap bahagia di rumah.

Meskipun pada kenyataannya, di masa pandemi COVID-19 ini kondisi ekonomi keluarga banyak yang terguncang sehingga banyak dari orangtua yang berjuang dan sibuk untuk mempertahankan mata pencaharian dan penghasilannya. Kondisi inilah salah satu pemicu kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap anak, terutama anak remaja. Masa remaja merupakan fase rentan karena remaja bukan lagi anak-anak yang mudah diatur dan bukan orang dewasa yang bisa mangatur dirinya sendiri.

Dalam proses perkembangan yang serba membingungkan, anak remaja membutuhkan perhatian, dukungan dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya.  Sebaiknya orangtua harus menjadi tempat pertama berbagi cerita bagi anak-anaknya, orang tua harus menjadi yang pertama tahu jika anaknya memiliki masalah dan orangtua harus menjadi yang pertama memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi anak.  Fungsi ekonomi dalam keluarga sangat penting, tetapi orangtua tidak boleh  mengabaikan fungsi-fungsi lain dalam keluarga,  seperti cinta kasih, perlindungan, sosialisasi dan pendidikan kepada anak-anaknya.