Pakar IPB University: Jumlah Peneliti di Indonesia Masih Kurang
Besarnya peluang untuk menjadi peneliti di Indonesia perlu diimbangi dengan pemahaman yang baik bagi calon peneliti, khususnya mahasiswa. Perguruan tinggi merupakan salah satu pusat pengembangan intelektualitas. Hal tersebut didukung dengan adanya Tridharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu permasalahan terkait riset yang dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Hingga tahun 2019, dari 4.607 perguruan tinggi serta 177.000 dosen dan peneliti yang terdaftar di Science and Technology Index (Sinta), Indonesia hanya menghasilkan 34.007 jurnal yang terindeks Scopus. Rendahnya publikasi ilmiah para peneliti Indonesia salah satunya disebabkan minimnya pemahaman dan minat riset, terutama di kalangan mahasiswa.
Menghadapi hal tersebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum for Scientific Studies (Forces) IPB University mengadakan webinar ‘Research Talk #1’, (18/4) sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan minat riset di kalangan mahasiswa. Webinar nasional tersebut menghadirkan Dr Berry Juliandi, salah satu tim pengelolaan jurnal ilmiah internasional bereputasi.
Dalam webinar tersebut Dr Berry yang juga Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University ini menyampaikan berbagai hal terkait riset dan penelitian. Dari cara memulai suatu penelitian, perbedaan penelitian dasar dan terapan, karakter institusi berdasarkan jenis penelitian hingga perkembangan pendidikan 4.0 yang selaras dengan penelitian.
“Saat ini, jumlah peneliti di Indonesia bertambah setiap tahunnya. Namun masih diperlukan lebih banyak peneliti lagi. Selain itu, Kementerian Keuangan (2019) menyatakan bahwa alokasi dana riset masih di bawah satu persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sedangkan negara seperti Jepang dan Korea sudah di atas 3-4,5 persen dari PDB. Dua hal ini mendasari bahwa penelitian di Indonesia perlu ditingkatkan lagi dan masih banyaknya peluang untuk menjadi peneliti,” ujarnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu hambatan peneliti Indonesia dalam memperoleh pendanaan yakni kurangnya dukungan dari pemerintah ataupun pihak swasta. Dr Berry juga mengungkapkan bahwa IPB University akan mengadakan crowdfunding atau dana wakaf bagi masyarakat Indonesia yang akan melakukan penelitian.
“Peneliti Indonesia tidak harus selalu mengadakan riset yang sophisticated, karena banyak penelitian yang lebih berdampak bagi masyarakat walaupun kadang dinilai kurang keren. Tetapi hal tersebut memberikan kebermanfaatan yang lebih besar,” imbuhnya. (**/Zul)