“Membuka Kesuksesan dan Keberlanjutan, Memberdayakan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Startup dengan Penguasaan Strategi yang Relevan”
Yogyakarta, 27 Maret 2024
Program akselerasi kewirausahaan MIT di Indonesia, MIT REAP, bekerja sama dengan
British Embassy Indonesia mengadakan Lokakarya yang bertajuk “Membuka
Kesuksesan dan Keberlanjutan: Memberdayakan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan
Startup dengan Penguasaan Strategi yang Relevan”, Rabu (27/3), di Gedung TILC
Sekolah Vokasi UGM.
Tergabung dalam inisiatif tersebut adalah Kemendikbud Ristek, Kemenkop UKM,
Paragon Corp dan Universitas Gadjah Mada. Menteri Koperasi dan UKM Republik
Indonesia, Teten Masduki, mengatakan bahwa untuk memberdayakan UMKM dan
startup di Indonesia, pihaknya akan mengusulkan ke Lembaga Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) agar dibuat segera peraturan buat perbankan bisa memberikan kredit ke pelaku
UMKM tanpa agunan. Sebab sekitar 59 persen dari total pelaku UMKM tidak terhubung
dengan perbankan. “Peraturan ini tengah dibahas, kita targetkan sebelum akhir tahun
ini bisa selesai. Kami sedang pengusulan baru lewat pendekatan kredit scoring
sehingga perlu perubahan di peraturan OJK,” kata Teten kepada wartawan.
Menteri Teten menyebutkan hanya 20 persen saja dari pelaku UMKM yang mendapat
penyaluran kredit dari perbankan. Berbeda dengan negara Korea yang pembiayaan
untuk UMKM sudah mencapai 80 persen. Sementara India dan Cina sudah di atas 60
persen. “Sudah ada 140 negara menggunakan sistem kredit skor,” katanya.
Sementara menurut Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,
Sp.OG (K)., Ph.D., program penguatan UMKM melalui kerja sama perguruan tinggi dan
industri, diakui Rektor mampu memperkuat kapasitas UMKM untuk naik kelas, bisa
membantu memfasilitasi UMKM agar mendapat akses pembiayaan, serta mampu
mendorong munculnya wirausahawan muda yang nantinya bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Menurut Prof Nizam, champion MIT REAP Indonesia yang juga Dirjen Dikti Ristek
2020-2024, MIT REAP didatangkan ke Indonesia untuk membantu pembangunan
ekosistem inovasi di Indonesia, karena penguatan UMKM dan startup di Indonesia
membutuhkan pendekatan ekosistem. “MIT REAP ini dimulai di pulau Jawa, tapi nanti
akan kami perluas ekosistemnya ke sub-regional lainnya seperti Bali, Sulawesi,
Sumatera, dst. Selain pendekatan ekosistem, UMKM dan startup juga harus naik kelas
dengan mengadopsi teknologi inovasi. Project Manager MIT REAP, Marina
Kusumawardhani, mengatakan salah satu kunci untuk menjadi negara maju bukan dari
sisi jumlah pelaku UMKM atau wirausahananya namun kemampuan dalam penguasaan
inovasi teknologi. Oleh karena itu, program kolaborasi untuk mendorong ekosistem
usaha berbasis inovasi sangat diperlukan.
Direktur Pengembangan Kedutaan Besar Inggris, Amanda McLoughlin, mengatakan
pihaknya siap membangun kerjasama UK – Indonesia dalam mendukung ekosistem
startup di Indonesia ini dengan beragam perspektif dan keahlian. “Dengan
memanfaatkan keahlian institusi seperti MIT atau Cambridge University, kami dapat
memastikan bahwa startup menerima pelatihan dan bimbingan kelas dunia, sehingga
menempatkan mereka pada jalur menuju kesuksesan,” paparnya.
“Dengan kolaborasi antara akademisi dan industri, kita menjembatani kesenjangan
antara teori dan praktik,” jelasnya. Sebab dengan menggabungkan penelitian mutakhir
dan penerapan di dunia nyata, dapat memberdayakan wirausahawan untuk
menerjemahkan ide-ide mereka menjadi bisnis yang layak yang mendorong
kemakmuran ekonomi dan berdampak secara sosial. “Berwirausaha bukan sekedar
pilihan karier, tapi sebuah panggilan. Sebuah panggilan untuk membentuk masa depan,
memberikan dampak jangka panjang, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih
baik,” jelasnya.