Mahasiswa Unpad Buat Sedotan Ramah Lingkungan dari Kulit Larva Lalat
Mahasiswa Universitas Padjadjaran membuat produk sedotan ramah lingkungan dari selongsong (exuviae) kulit larva lalat jenis Black Soldier Fly (BSF). Pembuatan produk tersebut bertujuan untuk mengurangi limbah sampah plastik yang ada di Indonesia.
Berlabel “Exustraw”, produk yang berhasil memperoleh pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek RI ini dibuat oleh Rico Sulaeman (Faperta), M. Ribhan Hadiyan (FMIPA), Fathan Fauzan (FPIK), Regita Damayanti (FPIK), dan R. Roro Zakiah (FPIK) di bawah bimbingan dosen Fakultas Pertanian Unpad, Dr. Yani Maharani, S.P., M.Si.
Dikatakan Rico, saat ini, telah banyak produk sedotan ramah lingkungan yang dibuat dengan memanfaatkan bahan pangan. Namun, belum banyak sedotan ramah lingkungan yang dibuat dengan memanfaatkan selongsong kulit larva BSF.
“Di Indonesia sendiri, sudah banyak inovasi sedotan ramah lingkungan yang biasanya terbuat dari bahan pangan, seperti tebu, beras, gandum, dan lain sebagainya. Bahkan, beberapa sedotan tersebut bisa dimakan. Namun, bahan pangan tersebut masih bisa dikonsumsi manusia. Maka dari itu, kami berinovasi menciptakan sedotan ramah lingkungan dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan. Salah satunya exuviae atau selongsong BSF,” ungkap Rico.
Pembuatan produk Exustraw ini tentunya perlu melewati proses yang panjang. Proses tersebut, mulai dari pencucian exuviae BSF, pengeringan, penghalusan, hingga pembentukan sedotan dari hasil ekstraksi kitosan.
“Proses pembuatannya diawali dengan pencucian exuviae BSF. Kemudian, exuviae BSF dikeringkan dan dihaluskan. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi kitosan. Kitosan yang didapatkan dari proses ekstraksi dijadikan bahan baku pembuatan bioplastik dengan beberapa bahan pendukung. Terakhir, plastik yang terbentuk digulung dan di-coating dengan beeswax,” jelas Regita.
Produk Exustraw sendiri memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah bersifat biodegradable, yakni dapat terurai oleh tanah dalam kurun waktu kurang dari 7 hari.
Lebih lanjut, para mahasiswa pembuat Exustraw menaruh sejumlah harapan. Ke depannya, mereka berharap Exustraw dapat dikembangkan lebih lanjut agar bisa menggantikan sedotan plastik yang kini masih menjadi salah satu penyumbang sampah plastik di Indonesia. “(Kami berharap ada) pengembangan lebih lanjut dari sedotan ini agar bisa menjadi pengganti sedotan plastik dan menambah value dari exuviae BSF,” ungkap Regita.*