close

Mahasiswa Kedokteran Hewan IPB University Amati Perilaku Owa Jawa di Habitat Aslinya

Sebulan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), dua mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan (PPDH FKH) IPB University mengamati perilaku harian Owa Jawa (Hylobates moloch) dan berhasil mengidentifikasi 16 jenis reptil dan 19 jenis amfibi. Termasuk diantaranya adalah ular naga (Xenodermus javanicus) dan katak pohon mutiara (Nyctixalus margaritifer). Pengamatan selama satu bulan ini dilakukan oleh Auzan Zihni Sukaton dan Afifah Hasna dalam rangka praktik kerja lapang profesi pilihan (mapropil) sebagai magang penutup di akhir masa studi para calon dokter hewan IPB University.

Keduanya memiliki antusiasme tinggi terhadap konservasi satwa liar sejak jenjang sarjana dan mereka memilih lokasi di areal kerja di Javan Gibbon Research and Conservation Project (JGRCP). Kehadiran mahasiswa berlatar belakang kedokteran hewan di JGRCP adalah yang pertama kalinya. Pihak Balai TNGHS pun menuturkan hal yang senada.

“Kami sudah banyak menerima mahasiswa magang berlatar belakang biologi atau kehutanan, tapi untuk mahasiswa kedokteran hewan rasanya masih bisa dihitung dengan jari,” ujar pengelola TNGHS.

Baca Juga :  Peroleh Beasiswa IISMA, 61 Mahasiswa Unpad akan Belajar di 20 Negara

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (Yayasan KIARA). Menurut Ketua Yayasan KIARA sekaligus project manager JGRCP, Rahayu Oktaviani, SHut, MSc, keterlibatan para calon dokter hewan dalam kegiatan JGRCP ini membuktikan bahwa konservasi adalah upaya yang bisa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa mengenal latar belakang. Ia berharap kehadiran keduanya dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk berpartisipasi dalam bidang konservasi, bukan hanya Owa Jawa tetapi juga satwa liar lainnya dengan berbagai cara.

Observasi primata endemik Jawa yang dilindungi tersebut rutin mereka lakukan bersama tim JGRCP pada hari Senin-Jumat mulai pukul 06.00-18.00 jika kondisi cuaca mendukung. Meskipun harus melewati medan terjal dan menghadapi beberapa rintangan ketika di lapang, Auzan mengaku puas bisa mengamati perilaku Owa Jawa di habitat aslinya ketimbang di kandang.

Baca Juga :  RSV-P, Inovasi Mahasiswa ITS untuk Konversi Getaran Kendaraan ke Energi Listrik

“Peran dokter hewan bukan hanya sebatas mengobati ketika hewan sakit, tetapi juga mencakup kondisi hewan tersebut sebelum terkena penyakit. Sehingga dokter hewan juga memiliki peluang untuk terjun dalam bidang konservasi in situ,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Dr Drh Heru Setijanto, PAVet(K) selaku Dosen Pembimbing, observasi Owa Jawa yang dilakukan oleh para calon dokter hewan ini bermanfaat sebagai acuan mengenai kebutuhan alamiahnya sehingga dapat diterapkan di berbagai lembaga eksitu, khususnya untuk pemenuhan nutrisi dan enrichment.

Selain aktif melakukan inventarisasi keanekaragaman herpetofauna di Resort Cikaniki TNGHS, di akhir pekan mereka juga memberikan pendidikan konservasi kepada anak-anak di Kampung Citalahab Sentral melalui cerita, eksperimen sederhana, pembuatan prakarya, hingga eksplorasi hutan.

“Senang sekali rasanya bisa berbagi informasi kepada anak-anak bahwa di alam ini manusia berbagi ruang dengan berbagai makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilestarikan,” ungkap Afifah.