Kurangi Stunting di NTT, Rotary Club Indonesia Ajak Kerjasama IPB University Melalui Program Kedai Reka
IPB University melalui Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) mengadakan inisiasi kerjasama dengan Rotary Club Indonesia dan Indofood untuk penanganan stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT). Inisiasi kerjasama telah dilakukan sebanyak dua kali pertemuan secara daring dengan menghadirkan para inovator IPB University, Budi Soehardi dari Rotary Club Indonesia serta Tim Kedai Reka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Budi Soehardi sangat mengharapkan bantuan dari para pakar IPB University khususnya terkait penanganan stunting di NTT. Dalam pertemuan kedua (15/4), Budi Soehardi menyatakan bahwa hampir 80 persen penduduk di NTT masih kekurangan asupan gizi sehingga menyebabkan anemia dan berdampak kepada stunting bagi anak-anak yang dilahirkan dari usia produktif. Asupan protein sangat kurang sehingga mereka memiliki keterlambatan daya tangkap dan tingkat kesejahteraan juga sangat rendah.
“Kami sangat mengharapkan kerjasama dari IPB University dan juga pihak Kemendikbud dalam hal ini Program Kedai Reka untuk bersama-sama dengan Rotary Club Indonesia membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di NTT. Caranya dengan mengajari mereka dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah, mengedukasi mereka dan mengajarkan bagaimana menjadi produktif sehingga peningkatan gizi dapat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Kami sangat mengharapkan kerjasama dengan IPB University terutama untuk bidang pertanian, peternakan dan juga perikanan serta edukasi social,” ujarnya.
Hadir dalam pertemuan ini para inovator IPB University yang ahli di bidangnya masing-masing. Yakni Prof Clara M Koesharto, Prof Dewi Apri Astuti, Dr Alimuddin serta Dr Darda Efendi.
Wakil Kepala Bidang Inovasi dan Alih Teknologi LKST IPB University, Dr Tri Prartono dan pimpinan LKST juga hadir pada pertemuan tersebut. Tri Prartono mengemukakan bahwa IPB University dapat bekerja sama dengan Rotary Club Indonesia dan PT Indofood terkait stunting di NTT.
“Adapun inovasi yang ditawarkan untuk kerjasama ini di antaranya budidaya lele sangkuriang, peternakan ayam petelur kaya vitamin A, penanaman kurma, kelor, lamtoro dan gamal serta edukasi gizi dengan penanaman sayuran di pekarangan dan lahan kering. Harapannya kerjasama ini bisa terealisasi dengan bantuan Kedai Reka dengan bentuk konsorsium perguruan tinggi yaitu dengan Universitas Gajah Mada,” ujarnya. (**/Zul)