close

KKN ITS Olah Limbah Tahu Menjadi Nata De Soya

Tim KKN Abmas ITS bersama masyarakat karang taruna saat pelatihan pembuatan Nata De Soya dari limbah pengolahan tahu pada Sabtu (29/07)

Kampus ITS, ITS News — Industri tahu menghasilkan limbah pengolahan kedelai yang mencemari lingkungan. Menilik kembali manfaat dari sisa produksi tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian untuk Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengolah limbah tahu menjadi Nata de Soya. Kegiatan ini memberdayakan masyarakat Kampung Dinoyo, Surabaya, Sabtu (29/07).

Ketua tim KKN ITS, Aliefia Rahma, mengungkapkan bahwa Kampung Dinoyo memiliki pabrik tahu tertua di Surabaya. Dalam proses produksinya, pabrik ini menghasilkan limbah cair dan padat yang sebenarnya masih mengandung nutrisi dari kedelai. “Jika langsung dibuang ke lingkungan justru akan menimbulkan pencemaran dan bau yang tidak sedap karena kadar proteinnya tinggi,” ujar mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri tersebut.

Pengolahan limbah tahu menjadi Nata de Soya ini dipilih Aliefia dan tim karena proses pembuatannya yang mudah. Nata de Soya sendiri adalah makanan berbentuk nata yang padat, putih dan transparan. Aliefia bercerita, timnya pun melakukan sosialisasi tentang proses pembuatan, manfaat, dan kandungan gizi yang dimiliki produk olahan sisa kedelai tersebut. “Selanjutnya, praktik pembuatan Nata de Soya dilakukan bersama karang taruna,” tuturnya.

Baca Juga :  Universitas Jember Cetak Sukses Prestasi dan Sukses Tuan Rumah Di Ajang Abdidaya PPK Ormawa 2023
Dua anggota tim KKN Abmas ITS saat mendemonstrasikan pembuatan Nata De Soya dari limbah pengolahan tahu atau whey tofu

Proses pembuatan Nata de Soya melibatkan sterilisasi alat dan bahan untuk menghindari kontaminasi bakteri dari udara bebas. Whey tofu yang merupakan sisa dari pengolahan tahu dipanaskan dan dicampur dengan gula hingga larut. Selanjutnya, ZA (Amonium Sulfat) ditambahkan untuk memberikan nitrogen bagi bakteri yang akan digunakan. Selain itu, penambahan cuka juga dilakukan untuk menciptakan lingkungan asam yang sesuai bagi bakteri Acetobacter xylinum.

Whey tofu yang telah diolah kemudian didinginkan dan dicampur dengan cairan bakteri. Setelah itu, whey tofu dipindahkan ke wadah dan ditutup rapat untuk mencegah masuknya bakteri dari lingkungan luar. Selama 8 hingga 10 hari, whey tofu akan mengalami proses pematangan. Setelah matang, whey tofu direndam dalam air selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya, whey tofu direbus dan diberi tambahan gula untuk mendapatkan rasa manis.

Baca Juga :  ITS Buka Dua Prodi Baru Jalur Mandiri, Salah Satunya Pertama di Indonesia
Masyarakat karang taruna saat membuat Nata De Soya didampingi oleh dua anggota tim KKN Abmas ITS

Selain mengajarkan pembuatan Nata de Soya, masyarakat karang taruna juga diberikan pengetahuan tentang pemasaran produk, pembuatan logo dan kemasan, penjualan online, serta pengemasan produk hingga siap dipasarkan. “Pembuatan Nata de Soya ini cocok untuk bisnis skala kecil karena bahan dan proses pembuatannya yang relatif mudah meskipun memerlukan waktu yang cukup lama,” imbuhnya.

Dengan program KKN Abmas ini, Aliefia berharap karang taruna mampu mengembangkannya menjadi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Kami berusaha untuk berkontribusi dalam pemanfaatan limbah tahu yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, serta memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat dalam mengembangkan usaha skala kecil,” pungkasnya. (HUMAS ITS)