close

Kandidat Doktor FEB UI Teliti Ketimpangan Energi Lewat Metode Regresi Kuantil

Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menggelar sidang terbuka Promosi Doktor dengan promovendus atas nama Ambarsari Dwi Cahyani, dan menetapkannya menjadi doktor ke-119 dalam Bidang Ilmu Ekonomi. Dwi Cahyani menyampaikan disertasi berjudul “Measuring Index of Residential Energy Usage Inequality and Analyzing Factors Influencing The Inequality Using Quantile Regression: Indonesia Case Study.” Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Prof. Dr. Ine Minara S. Ruky, dengan pembimbing, Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D. (Promotor), Dr. Djoni Hartono sebagai Ko-Promotor 1, dan Diah Widyawati, Ph.D. sebagai Ko-Promotor 2. Ketua Penguji dan Tim Penguji dalam sidang tersebut adalah Dr. Hera Susanti (Ketua), M. Halley Yudhistira, Ph.D., Dr. Widyono Soetjipto, Turro S. Wongkaren, Ph.D., dan Prof. Rinaldy Dalimi, Ph.D. Dwi Cahyani melaksanakan sidang terbuka secara daring, pada Kamis (14/1), dan dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.

Dwi Cahyani mengangkat isu tentang ketimpangan energi, atau perbedaan distribusi energi satu daerah dengan daerah lain dalam peneitiannya. Isu ketimpangan energi ini kemudian dikaji untuk menemukan faktor-faktor permintaan yang memengaruhinya, dan perbedaan pengaruh antara perkotaan dan pedesaan.

Baca Juga :  Bertemu dengan Peneliti dan Industri Kesehatan, plt. Dirjen Diktiristek Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Akselerasi Kemandirian dan Ketahanan Industri Kesehatan di Indonesia

Dalam pengukuran distribusi penggunaan listrik, Dwi Cahyani menggunakan metode regresi kuantil, yaitu sebuah metode untuk mencari kondisi rata-rata dari suatu data yang distribusinya tidak homogen dan tidak simetris. “Metode ini dipilih karena tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam menganalisis data distribusi energi yang tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya,” ujar Dwi.

Pengukuran ketimpangan energi ini mempertimbangkan dimensi spasial dan tingkat pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan penggunaan energi modern secara nasional memang menurun, tetapi ketimpangan meningkat di perkotaan, kelompok pendapatan tinggi, serta di beberapa provinsi tertentu.

Dari hasil penelitian ini, Dwi Cahyani juga menemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi distribusi penggunaan listrik adalah pendapatan, harga listrik, gender, tingkat pendidikan, status bekerja, jumlah anggota usia lanjut, status rumah, peralatan listrik, dan daya terpasang. Faktor yang pengaruhnya berbeda di antara perkotaan dan pedesaan adalah pendapatan, tingkat pendidikan, status bekerja, dan rumah, sedangkan faktor yang memengaruhi distribusi penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah pendapatan, harga, gender, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status rumah. Semua faktor tersebut berkorelasi secara berbeda antara perkotaan dan pedesaan.

Baca Juga :  WEBINAR MWA UI SERI KE-3 KETUA DPR RI: MENARA GADING DI PENDIDIKAN TINGGI HARUS DITINGGALKAN

“Penelitian ini pada dasarnya berusaha mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan publik yang seimbang, yaitu kebijakan untuk mengatasi kekurangan energi di satu sisi dan di sisi lain mendorong penghematan energi,” ujar Dwi.

Menurutnya, dalam hal permasalahan pasokan energi, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk mengenali kelompok yang rentan menjadi “miskin-energi”, diantaranya adalah rumah tangga berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, kepala rumah tangga wanita, dan pekerja mandiri di pedesaan. Program listrik seperti program tenaga surya hemat energi perlu dilanjutkan selain mendorong penggunaan energi lokal.

Dalam hal pasokan energi domestik, program penggunaan tungku bersih murah perlu dipertimbangkan untuk dijalankan kembali. Selain itu, peningkatan rasio elektrifikasi serta distribusi LPG perlu terus didorong terutama di daerah terpencil, pedesaan, dan wilayah timur Indonesia. Guna penghematan energi, pendidikan tentang pentingnya hemat energi perlu menyasar pada rumah tangga pengguna listrik yang tinggi, yaitu rumah tangga dengan tingkat pendidikan menengah dan universitas, terutama di perkotaan pada provinsi-provinsi di Sumatra, Jakarta, dan Kalimantan.

Dra. Amelita Lusia, M.Si. CPR

Kepala Biro Humas dan KIP UI

Media contact: Mariana Sumanti, S.Hum

(Media Relations UI, humas@ui.ac.id ; 08151500-0002)