Universitas Yarsi Tingkatkan Peran Kader Jumantik Lewat Inovasi Edukasi Tanaman Anti Nyamuk di Wilayah Endemis DBD
Jakarta Pusat – Universitas Yarsi kembali menegaskan kiprahnya sebagai perguruan tinggi yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga hadir langsung di tengah masyarakat melalui program pengabdian yang berdampak. Bertempat di RW 07 Kelurahan Sumur Batu, Kemayoran—salah satu wilayah endemis demam berdarah dengue (DBD)—tim pengabdian masyarakat Universitas Yarsi menginisiasi program bertajuk “Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian DBD melalui Tanaman Anti Nyamuk.”
Kegiatan dilaksanakan oleh dosen Fakultas Kedokteran, Dr. Kholis Ernawati, S.Si., MKes dan Dr. Rifda Wulansari, SP., MKes, dengan melibatkan empat mahasiswa dan menyasar langsung para kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) serta kader Posyandu sebagai mitra strategis dalam pengendalian penyakit berbasis lingkungan.
Edukasi Berbasis Tanaman: Inovatif, Alami, dan Partisipatif
Berbeda dari pendekatan konvensional, program ini menitikberatkan pada edukasi berbasis lingkungan dengan memperkenalkan tanaman anti nyamuk seperti lavender, citronella, rosemary, basil, zodia, dan lemongrass. Tanaman-tanaman ini mengandung senyawa alami seperti citronellol dan linalool yang efektif mengusir nyamuk, sekaligus menjadi alternatif ramah lingkungan yang mendorong keterlibatan warga dalam menciptakan hunian sehat tanpa bahan kimia.
Sebagai langkah penguatan kapasitas, pelatihan intensif digelar pada 23 Mei 2024 di Balai RW 07, Kelurahan Sumur Batu, dan diikuti oleh 30 kader Jumantik dan Posyandu. Pelatihan ini membekali peserta dengan pemahaman tentang DBD, siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, serta cara identifikasi dan eliminasi tempat perindukan. Fokus utama diberikan pada praktik budidaya tanaman pengusir nyamuk sebagai solusi preventif.
Untuk mendukung pemahaman, peserta menerima brosur edukatif bergambar yang berisi informasi jenis tanaman, manfaatnya, serta panduan perawatan. Penyampaian materi dilakukan secara interaktif melalui diskusi kelompok dan demonstrasi, sehingga tidak hanya memperkuat pengetahuan, tetapi juga membangun kepercayaan diri kader untuk menyebarkan edukasi ke masyarakat.
Dari Kader ke Komunitas: Edukasi Mengakar
Sebagai kelanjutan dari pelatihan, delapan kader Jumantik mendapatkan bantuan bibit tanaman lavender lengkap dengan pot dan media tanam untuk dipelihara di rumah masing-masing. Tak berhenti di situ, para kader yang telah dilatih kemudian membentuk empat tim edukator yang menyebarkan pengetahuan kepada lebih dari 100 warga pada 10 Juni 2024, menjangkau sedikitnya 14 RT di lingkungan RW 07.
Aktivitas edukasi dilakukan secara door-to-door dengan didampingi mahasiswa, menyampaikan informasi mengenai manfaat tanaman, teknik perawatan, serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai kunci pencegahan DBD. Warga pun menyambut positif pendekatan ini karena bersifat aplikatif, alami, dan menambah keindahan rumah mereka.
Bukti Efektivitas: Edukasi yang Meningkatkan Pemahaman
Efektivitas program edukasi ini terlihat jelas dari hasil pre-test dan post-test yang diberikan kepada 30 peserta pelatihan. Sebanyak 18 orang menunjukkan peningkatan skor, 9 orang tetap, dan hanya 3 orang yang mengalami penurunan. Rata-rata skor pre-test berada di angka 60, sementara skor post-test meningkat menjadi 72, menunjukkan adanya lonjakan pemahaman setelah pelatihan berlangsung.
Peningkatan paling mencolok terjadi pada peserta yang sebelumnya memiliki pengetahuan awal yang terbatas. Misalnya, salah satu kader dengan nilai pre-test 40 berhasil mencapai skor 80 setelah mengikuti sesi pelatihan. Hal ini memperkuat bukti bahwa pendekatan penyuluhan yang digunakan—yang memadukan pemaparan interaktif, praktik langsung, serta dukungan visual berupa brosur dan demonstrasi—efektif dalam menyampaikan informasi secara aplikatif dan mudah dipahami.
Lebih dari sekadar peningkatan angka, hasil ini mencerminkan keberhasilan program dalam membekali para kader dengan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dapat diterapkan langsung di masyarakat. Edukasi yang dilakukan tidak hanya meningkatkan kapasitas individu, tetapi juga memperkuat kesiapsiagaan komunitas dalam pengendalian DBD berbasis lingkungan.
Tanaman: Solusi Estetis dan Ekologis
Tanaman anti nyamuk yang diperkenalkan dalam program ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pengusir serangga secara alami, tetapi juga menyuguhkan nilai tambah dari sisi estetika dan ekologi. Kehadiran tanaman seperti lavender, citronella, rosemary, dan basil memperindah lingkungan rumah warga sekaligus menciptakan suasana asri yang mendukung kenyamanan tempat tinggal.
Melalui brosur edukasi yang disebarkan selama kegiatan, masyarakat dibekali dengan pengetahuan praktis mengenai cara perawatan tanaman agar manfaatnya tetap optimal. Materi dalam brosur mencakup langkah-langkah penting seperti penyiraman rutin dengan volume air yang sesuai, pemupukan menggunakan bahan organik ramah lingkungan, pemangkasan daun dan batang yang mulai kering, hingga pengendalian hama dengan metode alami untuk menjaga kesehatan tanaman tanpa bahan kimia.
Pendekatan ini menanamkan kesadaran bahwa merawat tanaman bukan sekadar hiasan, tetapi juga kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan dan mengurangi paparan bahan kimia. Tanaman menciptakan mikroekosistem yang mendukung keanekaragaman hayati dan memperbaiki kualitas udara. Dengan mendorong pemanfaatan tanaman multifungsi di rumah tangga, Universitas Yarsi membangun kesadaran ekologis masyarakat urban sekaligus memperkenalkan model pengendalian penyakit berbasis lingkungan yang berkelanjutan dan partisipatif.
Dukung SDGs, Perkuat Peran Perguruan Tinggi
Kegiatan ini berkontribusi langsung pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan, SDG 11 tentang kota dan komunitas berkelanjutan, serta SDG 15 terkait pelestarian ekosistem daratan. Melalui pendekatan berbasis lingkungan dan partisipasi masyarakat, program ini tidak hanya memperkuat upaya pencegahan DBD secara alami, tetapi juga menanamkan kesadaran ekologis di tingkat komunitas. Selain itu, inisiatif ini memperkuat peran Universitas Yarsi sebagai perguruan tinggi swasta yang aktif mendorong transformasi pendidikan tinggi yang berdampak nyata, dengan membangun sinergi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat dalam menyelesaikan isu kesehatan lingkungan secara kolaboratif dan berkelanjutan.