close

Perjuangan dan Dedikasi Nanda: Kampus Merdeka Kucapai, Panggung Google AI Kugapai

Sebagai pejuang paraplegia atau kelumpuhan yang memengaruhi semua atau sebagian tubuh, tungkai, dan organ panggul, bukan menjadi penghalang bagi Roissyah Fernanda Khoiroh atau biasa disapa Nanda dalam mengejar cita-citanya.

Menyelesaikan apa yang sudah dimulai sampai tuntas menjadi prinsip Nanda. Perempuan asal Lumajang, Jawa Timur, berusia 25 tahun ini merupakan alumni program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Angkatan 4 yang kini fokus menggeluti bidang Mesin Pembelajaran atau MachineLearning.

Program MSIB menjadi wadah bagi Nanda menemukan tempat belajar yang sesuai dengan bidang yang ia geluti di luar kelas. Nanda pun memilih untuk mengambil program studi independen di Bangkit dan berhasil menyelesaikannya dengan prestasi gemilang dengan menjadi salah satu lulusan terbaik dari Program Kampus Merdeka Bangkit By Google, GoTo, Traveloka Batch I.

“Belajar di area yang kita minati di luar area yang ada di jurusan kita. Nah, di situ aku sudah tertarik, ya sejak tahun 2022 itu saat aku ketemu ketertarikan tadi,” tutur Nanda saat ditanya alasan mengikuti program MSIB.

MSIB adalah salah satu program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi di bawah payung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Program ini mendorong mahasiswa untuk memastikan kesesuaian kompetensi antara kebutuhan dunia kerja dengan lulusan pendidikan tinggi lewat belajar di luar bangku kuliahnya, sehingga mahasiswa ketika lulus telah siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Sejak mengetahui program MSIB, Nanda sudah tertarik dan ingin segera mengikuti program MSIB.

Tidak berhenti di situ, Nanda sekali lagi mengembangkan kompetensi dirinya dengan meraih Sertifikasi TensorFlow Developer yang merupakan sertifikasi untuk menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan dan mengimplementasikan TensorFlow dalam membangunbeberapa model Machine Learning.

Atas kegigihannya, pada awal bulan Juni 2024 Nanda diundang menjadi pembicara di acara “Google AI untuk Indonesia Emas”, Jakarta. Melihat ke belakang, Nanda berpendapat bahwa penerimaan atas kondisi diri sendiri ternyata membawanya ke arah masa depan yang begitu cemerlang. Sebelumnya,  Nanda selalu menutup diri kepada publik akan kondisinya.  

Baca Juga :  Jelajahi Tanah Minang lewat Pertukaran Mahasiswa Merdeka

“Kayaknya ini salah satu pencapaian terbesarku, yang pertama, aku bisa menerima diriku. Dan yang kedua, selain bisa menerima diriku, aku bisa kasih cerita atau sesuatu yang inspiratif jadi berbagi cerita kepada orang lain supaya mereka bisa bergerak dan terus maju dalam menggapai apa yang mereka inginkan,” ucap Nanda dengan bangga.

Berada di posisi sekarang tentu bukan hal yang mudah bagi Nanda. Ia selalu ingat pesan orang tuanya bahwa apa yang terjadi di dalam hidup sudah menjadi takdir Tuhan dan ada hikmah dari kejadian tersebut. Namun, cara terbaik menjemput hikmahlah yang membuat diri seseorang menjadi orang yang hebat, kuat, dan memberi inspirasi.

“Di balik suatu cobaan atau kejadian yang tidak diharapkan, pasti ada hikmah yang menanti kamu dan ini tinggal bagaimana cara kamu menjemput hikmah tadi,” kata Nanda mengulang pesan yang selalu ia ingat dari orang tuanya.

Kala merasa kesulitan atau macet akan ide-ide baru yang dibutuhkan di pekerjaan, Nanda kerap mengingatkan dirinya untuk beristirahat sejenak, berdiam diri sembari merenung akan hal-hal yang sedang dikerjakan. Bagi Nanda, belajar dan bekerja di bidang big data akan selalu mendapatkan tantangan baru yang belum ada sebelumnya. Alhasil, Nanda akan terus belajar guna menyelesaikan tantangan tersebut karena kunci utama berkecimpung di bidang machine learning adalah terus belajar, berkomitmen penuh, serta lingkungan yang mendukung untuk terus maju berkembang.

“Harus belajar dengan eksplorasi sendiri dan kalau tidak bisa bertanya ke teman agar bisa diajari atau mungkin bisa bertanya kepada mentor,” ucap Nanda yang kini bekerja paruh waktu di Braincore.id perusahaan penyedia layanan Artificial Intelligence (AI) sebagai Asisten Research and Development.

Nanda menambahkan, ia bahkan mencoba mencari mentor apabila masih merasa belum mendapatkan ide baru.

Baca Juga :  Unsyiah Kembali Kukuhkan Enam Profesor

“Atau dari situ kalau semangatnya sudah balik baru kita bisa kembali mencari ide yang mungkin kita stuck tadi cara-cara idenya gimana yang pertama berguru ke internet kita cari sendiri lewat artikel atau paper atau segala macam. Jika masih stuck, tidak ada lagi ide, kita harus cari bantuan dengan bertanya ke teman atau mentor,” terang Nanda.

Ketika ditanya pesan apa yang ingin Nanda sampaikan untuk dirinya yang lebih muda, ia berharap dirinya mengetahui batasan diri tentang kapan menjadi seorang perempuan mandiri dan kapan meminta bantuan dan bimbingan di waktu yang tepat.

“Terlalu independen gitu. Kaya aku terlalu belajar sendirian. Jadi tidak ada teman buat usaha untuk belajar bareng. Coba berteman sama orang yang punya interest yang sama, dari situ bisa berkembang bareng dan bisa berproses bareng,” ujar mahasiswa lulusan program studi Statistika, Universitas Terbuka ini.

Nanda berharap dalam jangka waktu lima tahun ke depan ia dapat berkarir di bidang yang ia geluti sekarang dan berada di jenjang karir profesi yang lebih tinggi lagi. “Harapannya dalam lima tahun nantinya semoga ditakdirkan buat berkarir di bidang yang aku impikan. Jadi mungkin nanti karir aku bisa berkembang gitu dari junior ke senior atau bahkan menjadi head of or something,” kata Nanda penuh harap.

Tidak hanya terkait profesi di masa depan, Nanda berharap apa yang ia lakukan dapat memberi inspirasi bagi pemuda-pemudi dan difabel di luar sana. Nanda yang senang membaca buku, menulis jurnal, bahkan mengikuti kegiatan positif di Komunitas Peduli Inklusi Nusantara (KOPINUS).

“Aku ingin give impact to my community, dengan membagikan pengalaman atau motivasi atau kisah ke anak-anak muda, khususnya temen-temen difabel. Jadi aku ingin memotivasi mereka, kita semua itu bisa menggapai mimpi asalkan kita serius dengan hal itu dan kita punya strategi yang ampuh untuk mencapainya,” tutur Nanda.