Mahasiswa Universitas Darussalam Ambon Bantu Petani Atasi Kelangkaan Pupuk
Ambon, Kemendikbudristek – Di tengah situasi yang semakin menantang bagi para petani akibat kelangkaan pupuk, sekelompok mahasiswa Universitas Darussalam Ambon hadir dengan inovasi yang mampu memberikan harapan baru. Lima mahasiswa semester 6 dari universitas tersebut bermitra dengan kelompok tani setempat untuk meneliti dan mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik.
Hal ini terkuak saat perwakilan perguruan tinggi dan pelaku bisnis bertemu dalam kegiatan Dialog Multi Pihak Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diadakan bekerja sama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XII. Kegiatan yang dilakukan di Universitas Kristen Indonesia Maluku ini berhasil mempertemukan 15 perguruan tinggi dan 16 perwakilan mitra dari sektor pemerintahan dan bisnis.
Proyek penelitian yang digarap oleh mahasiswa Universitas Darussalam Ambon ini memanfaatkan sisa-sisa panen yang sebelumnya sering dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Dengan pendekatan ilmiah dan berorientasi pada kebutuhan lokal, mereka mengubah limbah tersebut menjadi sumber pupuk organik yang potensial. Proses pembuatan pupuk ini melibatkan teknik inkubasi yang cermat, di mana limbah diolah menggunakan regulator atau bahan pengurai Probiodex. Hasil akhirnya adalah pupuk organik berkualitas yang siap diaplikasikan pada tanaman.
Tanaman cabe dipilih sebagai fokus utama aplikasi pupuk organik ini. Pemilihan ini bukan tanpa alasan. Cabe merupakan salah satu komoditas utama yang sangat mempengaruhi tingkat inflasi di Maluku, khususnya di kota Ambon yang merupakan ibu kota Provinsi Maluku. Dengan ketergantungan yang tinggi pada cabe sebagai bahan pokok, upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman ini melalui penggunaan pupuk organik menjadi sangat krusial.
Situasi kelangkaan pupuk yang telah berlangsung hampir dua tahun terakhir ini memaksa petani untuk mencari alternatif guna menopang kelangsungan usaha pertanian mereka. Inisiatif dari mahasiswa Universitas Darussalam ini hadir sebagai salah satu solusi yang diharapkan mampu membantu mengatasi masalah tersebut. Dengan pupuk organik yang dihasilkan, para petani tidak hanya mendapatkan alternatif pupuk yang ramah lingkungan, tetapi juga solusi yang lebih berkelanjutan dan dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Proyek ini tidak hanya memberikan manfaat praktis bagi petani, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar para mahasiswa yang terlibat. Mereka tidak hanya belajar teori di dalam kelas, tetapi juga mengaplikasikannya di lapangan dengan hasil nyata yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar. Keberhasilan proyek ini tentu saja menjadi bukti bahwa dengan kemitraan yang solid antara perguruan tinggi dan komunitas lokal, inovasi yang bermanfaat bagi banyak pihak dapat terwujud. Ke depan, proyek seperti ini diharapkan dapat terus berkembang dan diterapkan di wilayah lain, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara lebih luas.
Tentang Dialog Multi Pihak
Dialog Multi Pihak yang digelar bersama dengan LLDikti Wilayah XII pada akhir Juli lalu ini merupakan salah satu upaya dalam mendorong terciptanya ekosistem Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara mandiri. MBKM bukan hanya kegiatan belajar di luar kampus, melainkan juga bentuk pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat.
Jantje Eduard Lekatompessy, Kepala LLDikti Wilayah XII, mengatakan bahwa kolaborasi merupakan kunci dalam membangun Maluku dan Maluku Utara. “Perlu untuk dilakukan berkolaborasi antara dunia kampus dengan dunia usaha dunia industri, dan kampus dengan kampus.”
Lewat Dialog Multi Pihak ini, baik perguruan tinggi maupun pelaku bisnis memperoleh perspektif yang luas dan mendalam terkait memajukan Maluku dan Maluku Utara karena semua pihak yang hadir diberi kesempatan untuk berbagi pandangan dan pengalaman. “Kita sebagai pelaku bisnis bisa melihat langsung sebenarnya apa kebutuhan dari masyarakat, apa kebutuhan dari user kita, baik secara umum, masyarakat, ataupun secara khususnya perguruan tinggi,” ucap Mahendra, salah satu peserta dialog dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Lebih lanjut Mahendra mengatakan bahwa yang paling utama adalah pemangku kepentingan atau pihak yang berwenang bisa memayungi dengan suatu kebijakan atau rencana kerja yang lebih realistis untuk diterapkan. Oleh sebab itu, Mahendra menyarankan ke depannya dialog multi pihak ini dapat menghadirkan perwakilan dari pemerintah daerah.
Harapan bahwa dialog ini terus diadakan juga disampaikan oleh perwakilan Dinas Perpustakaan Provinsi Maluku, Novemi Grace Maellisa. “Saya mohon untuk selalu dilaksanakan kegiatan dialog multi piha ini karena kegiatan ini bagus supaya kita bisa punya satu pemahaman,” tuturnya.
Kegiatan ini pun disambut oleh perguruan tinggi, terbukti dari komentar Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Abdul Halil Hj Ibrahim, yang mengatakan bahwa dialog multi pihak ini merupakan kegiatan yang bagus. Abdul bahkan berharap kegiatan serupa dapat diadakan di Maluku Utara. “Menurut pandangan saya dialog multi pihak ini perlu disampaikan kepada perguruan tinggi di Maluku Utara juga supaya memiliki penyamaan persepsi sehingga pelaksanaan MBKM dapat menjadi unggul dan berkualitas.”