Mahasiswa Unib Kembangkan Inkubator Telur Penyu untuk Dukung Konservasi Berkelanjutan
Dalam upaya melestarikan populasi penyu dari ancaman kepunahan serta mendorong inovasi teknologi ramah lingkungan, M. Ridho S, mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Bengkulu (Unib), menciptakan alat inovatif berupa inkubator telur penyu. Alat ini mampu meningkatkan keberhasilan penetasan telur hingga menghasilkan tukik (anak penyu) yang siap dilepasliarkan ke habitat alaminya di pesisir Bengkulu.

Karya inovatif ini diperkenalkan dalam Seminar Inovasi Teknologi Konservasi Penyu yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Perkumpulan Konservasi Alam Teknis (PULKANIK) Fakultas Teknik Unib. Seminar berlangsung pada Minggu siang, 20 April 2025, bertempat di Rumah Konservasi Penyu Latun Utara, Desa Pekik Nyaring, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah.
Acara tersebut dihadiri oleh Rektor Unib, Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc, Dekan Fakultas Teknik, Dr. Eng. Afdhal Kurniawan Mainil, S.T, M.T, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu, Safnizar, S.Hut, M.P, serta puluhan mahasiswa pecinta alam dari berbagai organisasi.
M. Ridho mengungkapkan bahwa ide pembuatan inkubator ini muncul dari keprihatinannya terhadap menurunnya populasi penyu di wilayah Bengkulu. “Jika hanya mengandalkan proses alami, tingkat keberhasilan penetasan telur penyu sangat rendah. Dengan inovasi ini, kami berupaya mempercepat dan meningkatkan peluang hidup tukik sebelum dilepasliarkan,” jelasnya dalam presentasi.

Dibimbing oleh Prof. Dr. Eng. Dedi Suryadi, S.T, M.T, Ridho berhasil merancang alat penetas yang mampu mengontrol suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan lainnya yang esensial untuk perkembangan embrio penyu. Inovasi ini menunjukkan tingkat keberhasilan penetasan telur mencapai lebih dari 60 persen.
“Mesin ini masih dalam tahap awal pengembangan. Ke depan, kami akan terus menyempurnakannya agar dapat memberikan kontribusi nyata bagi konservasi penyu, khususnya di Bengkulu,” tambahnya.
Dekan Fakultas Teknik, Dr. Afdhal, mengapresiasi inovasi yang dihasilkan mahasiswa tersebut. “Ini adalah bukti bahwa ilmu teknik dapat bersinergi dengan semangat konservasi. Inovasi ini bukan hanya mencerminkan kemampuan teknis, tetapi juga kepedulian terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendukung konservasi yang berkelanjutan. “Bidang teknik mesin kini dituntut menjawab tantangan energi dan lingkungan secara bersamaan, dan hari ini kita menyaksikan salah satu jawabannya.”
Senada dengan itu, Rektor Unib, Dr. Retno Agustina Ekaputri, menyampaikan rasa bangga atas inovasi yang dihasilkan oleh mahasiswa Unib. Ia menyebut kegiatan seminar ini sejalan dengan arah kebijakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) yang menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam menghasilkan inovasi berdampak.
“Inovasi inkubator telur penyu ini harus terus dikembangkan agar mampu mempercepat pelestarian satwa dan secara jangka panjang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir,” tuturnya.
Kepala DLHK Provinsi Bengkulu, Safnizar, yang hadir mewakili Gubernur Bengkulu, turut mengapresiasi langkah inovatif ini. “Inovasi ini sejalan dengan visi Gubernur untuk menjadikan Bengkulu sebagai Daerah Konservasi. Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam pengembangan teknologi konservasi di berbagai sektor,” pungkasnya. [Purna Herawan | Humas Unib].