ISI Padangpanjang Dukung UMKM Lewat Workshop Digital Marketing: Menguatkan Brand Lokal di Era Digital
Bukittinggi, 22 Juli 2025 — Di tengah derasnya arus transformasi digital, tantangan utama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidak lagi sebatas pada produksi, tetapi pada kemampuan mengomunikasikan nilai produk secara efektif melalui kanal digital. Menjawab tantangan tersebut, Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertajuk Workshop Digital Marketing melalui Media Sosial yang digelar di Rumah BUMN Bukittinggi.
Kegiatan yang berlangsung pada Selasa, 22 Juli 2025 ini melibatkan pelaku UMKM dari Bukittinggi, Batusangkar, Kabupaten Lima Puluh Kota, serta UMKM binaan Rumah BUMN. Workshop ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian masyarakat, dengan kolaborasi lintas program studi di lingkungan ISI Padangpanjang.
Dikoordinatori oleh Nitasri Murawaty Girsang, S.Pd., M.Si., dosen Program Studi Kewirausahaan, kegiatan ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan literasi digital yang masih dialami oleh banyak pelaku usaha lokal. Dalam sambutannya, Nitasri menegaskan pentingnya peran aktif institusi pendidikan tinggi dalam mendampingi masyarakat menghadapi dinamika zaman.
“Literasi digital bukan lagi pilihan tambahan bagi UMKM, tetapi kebutuhan mutlak. Jika ingin UMKM tumbuh mandiri, maka kampus harus hadir memberikan pemahaman praktis, bukan hanya teori,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa masih banyak pelaku UMKM yang mengira cukup “melek digital” hanya karena memiliki akun media sosial, padahal yang dibutuhkan adalah kemampuan membangun narasi brand yang kuat, menarik, dan berkesinambungan.

Workshop ini menghadirkan narasumber utama Muhammad Syukri Erwin, S.Ds., M.Sn., dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual ISI Padangpanjang sekaligus praktisi branding yang telah mendampingi berbagai komunitas kreatif dan UMKM di Sumatera Barat. Dalam pemaparannya, Syukri menekankan bahwa media sosial bukan hanya ruang visual, tetapi medan naratif yang menghubungkan produk dengan audiens.
“Yang dijual bukan hanya produk, tetapi cerita, emosi, dan nilai. Konten yang baik adalah konten yang punya jiwa,” ujarnya.
Dengan pendekatan yang komunikatif dan membumi, Syukri membimbing peserta memahami prinsip-prinsip dasar visual branding, termasuk pemilihan warna, komposisi, hingga pentingnya tone of voice yang sesuai dengan karakter brand.
Workshop berlangsung interaktif. Peserta tidak hanya menerima materi, tetapi juga diajak praktik langsung membuat konten visual menggunakan aplikasi seperti Canva. Mereka mendesain unggahan media sosial yang relevan dengan produk masing-masing dan mendapatkan umpan balik langsung dari narasumber. Suasana pelatihan terasa hidup dan menyenangkan, karena peserta dilibatkan secara aktif, bukan sekadar sebagai pendengar.

Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka dalam sesi diskusi. Banyak yang mengungkapkan tantangan yang mereka hadapi, seperti menjaga konsistensi unggahan, menentukan jam tayang yang efektif, hingga memanfaatkan fitur-fitur terkini seperti Instagram Reels dan Facebook Ads. Narasumber memberikan solusi realistis dan aplikatif, mendorong peserta agar lebih percaya diri dalam memanfaatkan platform digital.
Keberhasilan kegiatan ini tidak hanya terletak pada kualitas materi, tetapi juga pendekatan kontekstual dan kolaboratif yang diusung. Sinergi antara Program Studi Kewirausahaan dan Desain Komunikasi Visual menjadi bukti nyata bahwa dunia akademik dapat berkontribusi langsung dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Di akhir kegiatan, peserta mengisi evaluasi dan menyampaikan harapan agar pelatihan serupa dapat dilakukan secara rutin. Beberapa bahkan menyatakan minat untuk mengikuti program lanjutan seperti inkubasi bisnis, pembuatan logo, desain kemasan, dan pengembangan strategi promosi.
Menanggapi hal tersebut, tim pengabdian ISI Padangpanjang merencanakan tindak lanjut berupa pembentukan komunitas belajar digital marketing UMKM melalui WhatsApp Group serta program mentoring daring yang melibatkan dosen dan praktisi dari kampus.
Sebagai perguruan tinggi seni, ISI Padangpanjang menunjukkan bahwa bentuk pengabdian tidak hanya berupa bantuan fisik, melainkan transfer pengetahuan yang aplikatif dan relevan. Di era informasi dan disrupsi teknologi saat ini, kegiatan semacam ini sangat krusial dalam menjaga eksistensi dan keberlanjutan UMKM lokal.
Workshop ini menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi bukan sekadar ruang produksi ilmu, melainkan juga wahana pemberdayaan yang nyata di tengah masyarakat. ISI Padangpanjang, melalui pengabdian yang membumi, menegaskan komitmennya untuk terus hadir, mendampingi, dan menguatkan fondasi ekonomi kreatif berbasis teknologi di Sumatera Barat dan sekitarnya.