Depisa Poliban, Sistem Deteksi Dini untuk Mengurangi Dampak Karhutla di Lahan Perkebunan
Banjarmasin – Upaya pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus menjadi perhatian berbagai pihak, terutama di wilayah Kalimantan Selatan yang rawan mengalami bencana tersebut. Merespons tantangan tersebut, tim peneliti dari Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) mengembangkan sebuah inovasi teknologi bernama Depisa Poliban (Deteksi Asap dan Api Poliban), yang bertujuan untuk mendeteksi secara dini kemunculan asap dan api di area perkebunan dan lahan masyarakat.
Depisa Poliban merupakan sistem cerdas berbasis Internet of Things (IoT) yang dilengkapi dengan kamera pengawas dan kecerdasan buatan untuk mendeteksi tanda-tanda visual kebakaran secara real-time. Sistem ini tidak hanya dapat digunakan di area dengan akses listrik konvensional, tetapi juga dirancang agar mampu beroperasi secara mandiri di lokasi terpencil melalui pemanfaatan panel surya. Dengan dukungan konektivitas seluler, peringatan dini dapat dikirimkan secara otomatis ke server pusat dan aplikasi mobile, memungkinkan intervensi cepat ketika potensi bahaya terdeteksi.
Inovasi ini lahir dari hasil kolaborasi antara Poliban, Minat Riset Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek), serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) – Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Melalui kerja sama ini, ketiga institusi mendorong pengembangan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan secara langsung dalam konteks lokal untuk menjawab permasalahan kebakaran yang seringkali terjadi di lahan-lahan milik masyarakat.
Tim peneliti yang mengembangkan Depisa Poliban terdiri dari gabungan dosen dan teknisi Poliban, yaitu Reza Fauzan, Abdul Rozaq, Effan Najwaini, Agus Pebrianto, Rahimi Fitri, dan Evi Widiastuti. Mereka berperan aktif dalam seluruh proses, mulai dari perancangan awal, integrasi sistem perangkat keras dan lunak, hingga uji coba di lapangan. Seluruh tahapan dirancang dengan mempertimbangkan tantangan geografis dan teknis yang dihadapi di lokasi sebenarnya.
Ketua tim, Reza Fauzan, menyampaikan bahwa sistem ini bukan hanya ditujukan untuk memperkuat deteksi dini secara teknis, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi akademik terhadap persoalan nyata di lapangan. “Kami berharap kehadiran Depisa Poliban dapat membantu mengenali asap sejak awal kemunculannya, sehingga tindakan cepat dapat diambil sebelum api meluas. Hal ini penting karena sebagian besar kebakaran terjadi di lahan-lahan masyarakat, yang dampaknya tidak hanya merugikan secara ekonomi tetapi juga mengancam keselamatan lingkungan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Reza juga berharap adanya keterlibatan aktif dari pemerintah daerah dalam mendukung implementasi sistem ini ke depannya. “Kami yakin bahwa upaya pencegahan kebakaran tidak cukup hanya dari sisi teknologi. Perlu ada dukungan kebijakan, respon cepat dari pemangku wilayah, dan kolaborasi berkelanjutan agar sistem seperti ini benar-benar dapat memberikan dampak nyata,” tambahnya.