Wamendiktisaintek Terima Audiensi Eka Hospital, Bahas Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Perawat Nasional
Jakarta-Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie menerima audiensi jajaran pimpinan Eka Hospital dan Eka Tjipta Foundation di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Senin (21/7).
Pertemuan ini membahas peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga keperawatan yang berbasis pada kebutuhan industri kesehatan dalam negeri.
CEO Eka Hospital, Rina Setiawati menyampaikan bahwa jaringan Eka Hospital ke depan akan menambah pendirian sejumlah rumah sakit. Namun, ekspansi tersebut menghadapi tantangan utama berupa perlunya tenaga perawat yang kompeten.
“Terjadi kompetisi sangat ketat dalam merekrut perawat, terutama yang sudah berpengalaman dan terampil. Perawat sangat dibutuhkan,” jelas Rina.
Rina juga menyoroti fakta bahwa tidak semua lulusan perawat bekerja di rumah sakit, meski secara nasional Indonesia dianggap surplus tenaga keperawatan. Tantangan bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas.
“Mutu keperawatan seringkali mendapat masukan, terutama dari pasien yang pernah mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri. Banyak yang menganggap perawat kita masih bisa dioptimalkan kompetensinya,” lanjut Rina.
Rina menekankan pihaknya membutuhkan tenaga keperawatan dengan kualitas mumpuni, yang mampu menjawab kebutuhan industri rumah sakit masa kini dan mendukung penguatan devisa negara dengan tetap bekerja di industri kesehatan dalam negeri.
Menanggapi hal itu Wamen Stella menyebutkan, sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan tersebut, salah satu opsi yang didorong adalah kolaborasi antara rumah sakit dan kampus, termasuk di dalamnya penyesuaian kurikulum agar lebih responsif terhadap kebutuhan dunia kerja.
Wamen Stella menyebut terdapat tiga skema model yang bisa dipertimbangkan. Pertama, memasukkan mata kuliah berbasis kebutuhan rumah sakit ke dalam kurikulum kampus mitra. Kedua, merancang program pengenalan atau bridging untuk menunjukkan pekerjaan keperawatan secara nyata termasuk informasi gaji, tanggung jawab, dan lingkungan kerja. Ketiga, kemitraan strategis dengan kampus untuk mengembangkan program kelas khusus atau kurikulum bersama.
“Kementerian sendiri mempunyai peran untuk membuka network dan meng-endorse program tersebut sehingga nantinya akan banyak yang berpartisipasi, misalnya melalui bentuk surat edaran dari kita,” imbuh Wamen Stella.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif (SSPT) Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi (Ditjen Saintek) Kemdiktisaintek, Ardi Findyartini juga menambahkan pentingnya pemetaan kebutuhan perawat berdasarkan jenjang pendidikan.
“Bidang program pendidikan perawat ada mulai dari D3, D4, S1 profesi, hingga spesialis. Strategi link and match antara lulusan dan dunia kerja harus diperkuat, termasuk melalui program upskilling dan pembentukan kompetensi yang benar-benar dibutuhkan oleh rumah sakit,” ungkap Direktur Ardi.
Pertemuan ini menjadi awal dari potensi kolaborasi strategis antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri kesehatan dalam merancang masa depan pendidikan keperawatan Indonesia yang lebih adaptif, berkualitas, dan berorientasi pada kebutuhan nasional.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif