close

Wamen Stella: ASN adalah Kunci Reformasi menuju Indonesia Emas 2045

Jakarta- Badan Kepegawaian Negara (BKN) bersama Universitas Terbuka (UT) menyelenggarakan Pelepasan Mahasiswa Program Pendidikan Ilmu Kepegawaian (PIK) Angkatan XIV di Aula Kantor Pusat BKN, Rabu (16/7).

Acara ini dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Zudan Arif Fakhrulloh, dan Wakil Rektor Bidang Akademik UT, Rahmat Budiman. Selain itu, perwakilan dari kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah asal para mahasiswa PIK juga turut hadir dan memberikan dukungan langsung kepada para lulusan.

Dalam sambutannya, Wamen Stella menegaskan bahwa kualitas ASN menentukan arah dan keberhasilan reformasi Indonesia. Wamendiktisaintek menekankan pentingnya tiga cara kerja konkret yang wajib dipegang ASN yaitu menerjemahkan agenda politik menjadi kebijakan yang bisa dijalankan, memastikan kelayakan anggaran untuk program, dan melakukan evaluasi terhadap capaian.

Wamen Stella juga menyampaikan bahwa reformasi birokrasi adalah landasan kemajuan bangsa. Wamendiktisaintek mencontohkan negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang, yang bisa melesat maju bukan hanya karena teknologinya, tetapi karena kualitas birokrasi dan etos kerja ASN mereka.

Baca Juga :  Zona Integritas diantara Gebyar Seremoni dan Tantangan Substansi

“Bagaimana ASN-nya bekerja, itu jadi salah satu yang membuat Korea Selatan melesat. Sama halnya dengan Jepang. Plan rasional hanya bisa berhasil kalau ASN-nya kompak dan bertanggung jawab melaksanakan tugasnya,” jelas Wamen Stella.

Dalam praktiknya, menurut Wamen Stella, birokrasi harus berani mengevaluasi dan menyempurnakan kebijakan secara terus-menerus. Wamen Stella juga menekankan pentingnya penguasaan enam keterampilan utama bagi ASN masa kini. Pertama, kemampuan untuk berpikir secara iteratif, yaitu terus-menerus menyempurnakan kebijakan melalui pembelajaran dari pelaksanaan sebelumnya. Kedua, literasi data, agar ASN mampu mengambil keputusan berdasarkan informasi yang valid dan terukur.

Ketiga, orientasi pada pengguna, yakni kemampuan memahami kebutuhan dan pengalaman masyarakat sebagai penerima layanan publik. Keempat, rasa ingin tahu yang tinggi sebagai landasan untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Kelima, keterampilan komunikasi naratif atau storytelling, agar kebijakan yang dibuat dapat disampaikan secara persuasif dan mudah dipahami oleh publik. Dan yang keenam, kesadaran akan pentingnya perubahan internal (urgency for internal change), yaitu keberanian dan keinginan untuk membenahi birokrasi dari dalam demi menciptakan layanan publik yang lebih baik.

Baca Juga :  Gandeng Diaspora Indonesia, Kedaireka Bangun Jejaring Inovasi Global

Menurut Wamen Stella, kemampuan-kemampuan tersebut hanya akan bermakna bila ASN senantiasa menyadari bahwa tugas yang diemban adalah tugas yang berdampak nyata bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Stella mengajak para lulusan untuk terus mengingat dan bersyukur bahwa mereka bekerja untuk melayani, bukan sekadar menyelesaikan administrasi. Wamendiktisaintek mengingatkan bahwa ASN harus mampu menjadi penerjemah yang baik dari visi besar menjadi kebijakan, lalu memikirkan realisasi anggaran dan program konkret yang masuk akal, dan yang paling penting: berani melakukan evaluasi.

“Ayo kita bersama membawa negara kita menjadi Indonesia Emas 2045,” ajak Wamen Stella penuh semangat.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif