close

Wamen Fauzan: Pendidikan Harus Mengembangkan Empati dan Karakter Mahasiswa

Kediri-Masalah sosial, politik, dan ekonomi tengah berkembang secara global. Di tengah isu-isu tersebut, Indonesia mengalami surplus Sumber Daya Manusia (SDM) hingga 2030 mendatang.

Berdasarkan riset World Talent Ranking yang dirilis Institute for Management Development (IMD) pada 2023, Indonesia berada dalam peringkat 47 dari 64 negara dalam hal daya saing SDM. Indikatornya dilihat dari investasi pengembangan SDM dalam negeri, kemampuan menarik SDM dari luar negeri, dan tingkat kesiapan SDM secara umum. Data tersebut dilaporkan menurun drastis sejak pandemi COVID-19, tetapi mulai meningkat secara perlahan.

Dengan demikian, diperlukan pengembangan potensi masyarakat Indonesia agar bisa menjadi SDM yang berkualitas dan berdaya saing global, terutama bagi anak muda. Hal ini diucapkan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan saat menyampaikan orasi ilmiah pada Wisuda ke-54 (Sarjana) dan ke-35 (Magister) Universitas Islam Kadiri (Uniska) di Kediri, Jawa Timur, Minggu (25/5).

“Kepintaran tidak cukup. Kita harus memperbaiki akhlak dan karakter diri secara terus-menerus. Inilah yang dibutuhkan masyarakat,” tegas Wamen Fauzan.

Baca Juga :  Pendaftaran Dibuka, Program Praktisi Mengajar Gelar Sosialisasi dan Bimtek Bagi Perguruan Tinggi

Senada dengan hal ini, Ketua Yayasan Bina Cendekia Muslim Pancasila (YBCMP), Anwar Iskandar menyatakan bahwa cara memandang kehidupan yang baik serta iman yang kuat merupakan hal yang harus diingat setiap insan, terutama bagi akademisi.

“Dibutuhkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan peradaban. Namun, ada sisi lain yang tidak boleh dilupakan ilmuwan, yakni nilai atau value dalam kehidupan,” ujar Anwar.

Di sisi lain, Wamen Fauzan juga menekankan bahwa pendidikan merupakan garda terdepan dalam bertanggung jawab meningkatkan SDM bangsa. Persoalan sosial harus dapat diselesaikan dengan mengutamakan perspektif masyarakat yang terdampak. Hal inilah yang menjadi nilai utama dari program garapan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), yaitu “Diktisaintek Berdampak”.

“Kita harus meningkatkan sensitivitas dan empati. Atas dasar itu, Program ‘Diktisaintek Berdampak’ mencari cara agar kampus bisa menjadi bagian dari entitas sosial, berperan tunggal sebagai problem solver,” ujar Wamen Fauzan.

Menurut Wamen Fauzan, Uniska telah menerjemahkan nilai program Diktisaintek Berdampak dengan cukup baik. Hal inipun ditekankan kembali oleh Rektor Uniska, Bambang Yulianto. 

Baca Juga :  Kemendikbudristek dan LPDP Buka Program Beasiswa Gelar dan Nongelar bagi SDM Pendidikan Tinggi

“Kita ingin mewujudkan ‘Diktisaintek Berdampak’ secara maksimal melalui Tridarma Perguruan Tinggi. Kampus perlu tahu kondisi lapangan dan memberi dampak secara nyata dari solusi yang diberikan. Kami siap untuk berkolaborasi dengan pemerintah, industri, dan masyarakat,” jelas Bambang.

Wamen Fauzan mengapresiasi para wisudawan Uniska yang telah menyelesaikan studi mereka. Wamenpun mengingatkan bahwa wisuda bukanlah titik akhir dari pendidikan, melainkan awal dari proses meningkatkan kualitas diri.

“Dalam proses kehidupan, kini Anda berada di titik berusaha untuk mencari makna dan bercita-cita menjadi sukses. Saya harap kita semua bisa melakukan evolusi dalam kehidupan untuk mewujudkan hal itu,” pungkas Wamen Fauzan.

Diperlukan sinergi agar pendidikan tinggi dapat mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga relevan, berdampak, dan memiliki empati tinggi yang bisa menyelesaikan masalah di tingkat masyarakat. Melalui semangat “Diktisaintek Berdampak”, kampus diharapkan dapat terus memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif