Wamen Fauzan Dukung Inklusivitas untuk Perkembangan Potensi Mahasiswa
Jakarta–Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan mendorong cara pandang yang inklusif untuk mengembangkan potensi mahasiswa (7/3).
Dengan cara pandang ini, Wamen Fauzan berharap mahasiswa tidak tenggelam dalam rutinitas akademik yang membuatnya teralienasi dari dunia kehidupan.
“Kuliah tidak hanya untuk mencari ijazah, tetapi untuk merawat kehidupan. Mahasiswa yang memiliki modal kehidupan dari kegiatan nonakademik, harus dapat dikonversi ke dunia akademik, dan sebaliknya,” ungkap Wamen Fauzan.
Hal ini disampaikan Wamen Fauzan saat menerima kunjungan dari Pimpinan Institut Nalanda.
Lebih lanjut, Wamen Fauzan menambahkan, salah satu peranti untuk membangun inklusivitas adalah diferensiasi dan spesifikasi kelas unggulan dalam setiap program studi. Perguruan tinggi yang memperdalam ilmu dalam setiap program studi, dapat meningkatkan inklusivitas kampus dan menggali potensi mahasiswa. Kompetensi lulusan perguruan tinggipun bisa menyasar pasar kerja dan industri dengan tepat.
“Program studi yang generik perlu kita konsentrasikan, apa yang kira-kira dibutuhkan pasar. Jika mengembangkan prodi hanya menggunakan kacamata kuda, kampus tidak akan berkembang,” tegas Wamen Fauzan.
Link and match antara dunia akademik dengan pasar kerja dan dunia usaha adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa lagi dilakukan separasi. Dunia akademik membutuhkan pasar dan pada saat yang bersamaan pasarpun membutuhkan dunia akademik.
“Dengan memberikan apresiasi secara akademik dalam bentuk konversi SKS misalnya, perguruan tinggi dapat mempraktikkan peningkatan nilai yang telah ada dalam setiap mahasiswa. Hal inilah yang kemudian mendorong potensi mereka,” tutur Wamen Fauzan.
Dalam kesempatan ini Rektor Institut Nalanda, Sutrisno, memaparkan tujuan Institut Nalanda untuk mengembangkan potensi mahasiswa dan menjembatani alumni dengan industri, khususnya dalam Program Studi Dharma Usada.
Menurut Wamen Fauzan cara yang utama dalam membangun inklusivitas antara lain melihat kurikulum secara kontekstual, bukan tekstual. Kampus harus dapat memaksimalkan potensi mahasiswa melalui inovasi kurikulum. Salah satu contohnya memperluas kemungkinan konversi SKS untuk kegiatan nonakademik.
Wamen Fauzan juga mendorong kolaborasi antara kampus dengan industri. Perlu dilakukan penjaringan perusahaan yang memiliki latar belakang, nilai, dan kebutuhan sumber daya yang sejalan dengan perguruan tinggi. Menurutnya, ini salah satu kunci bagi kampus yang ingin meningkatkan kepercayaannya dalam masyarakat.
“Penting untuk perguruan tinggi mendapatkan kepercayaan dari masyarakat industri. Dengan kepercayaan itu publik otomatis juga percaya kepada institusi perguruan tinggi. Kalau lingkaran ini sudah terjadi, wah, kita bisa memastikan satu tiket masa depan ada di tangan kita,” pungkas Wamen Fauzan.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif