close

Teknologi Pangan Berbasis Karbohidrat dan Protein, Dorong Kemandirian Gizi dan Ketahanan Pangan Nasional

Bandung-Pemerintah melalui Asta Cita menargetkan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Salah satu aspek krusial dari target tersebut adalah ketersediaan pangan berbasis karbohidrat dan protein yang bergizi, terjangkau, dan berkelanjutan. Hal ini dibahas secara mendalam dalam sesi paralel Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang bertema “Inovasi Teknologi Produksi Pangan Berbasis Karbohidrat dan Protein”, Jumat (8/8).

Berdasarkan data Produksi dan Konsumsi Susu Nasional 2021, produksi susu domestik baru mampu memenuhi sekitar 21% dari kebutuhan nasional. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya produktivitas sapi perah, yang sebagian besar disebabkan oleh kualitas pakan yang belum optimal secara nutrisi maupun efisiensi biaya. Menanggapi hal ini, Luki Abdullah dari Institut Pertanian Bogor (IPB) memaparkan teknologi inovatif berbasis biomassa lokal, yaitu Teknologi Sorinfer.

“Teknologi Sorinfer merupakan inovasi pakan ternak lengkap berbasis fermentasi yang menggabungkan sorgum sebagai sumber energi dan indigofera sebagai sumber protein. Pakan ini tidak hanya untuk sapi tetapi juga sudah merambah ke berbagai jenis ternak, termasuk ke peternakan ayam. Hasil telur menjadi lebih sehat, lebih rendah kolesterol, dan lebih tahan lama,” jelas Luki.

Baca Juga :  Peningkatan Akses Pendidikan Tinggi adalah Fokus dan Komitmen Bersama

Sementara itu, Ketua Kelompok Ruminansia Perah, Kementerian Pertanian (Kementan), Argi Argiris memaparkan lima strategi utama dalam upaya peningkatan produksi daging dan susu nasional, yaitu:

  1. Penambahan populasi dan peningkatan kualitas sapi melalui perbaikan genetik dan program pembiakan
  2. Perbaikan pakan dan nutrisi, termasuk pemanfaatan limbah pertanian
  3. Modernisasi peternakan dan adopsi teknologi digital, termasuk sistem pemerahan otomatis dan AI
  4. Kemitraan investasi skala industri
  5. Kebijakan pemerintah yang mendukung, seperti regulasi percepatan produksi nasional (Inpres P2SDN), insentif investasi, dan pembiayaan melalui KUR.

Di sisi lain, sektor swasta juga menunjukkan peran aktif. Hanif Anshary Nasution, perwakilan dari PT ASPM Paranje, memaparkan model kemitraan bisnis dalam pengembangan ayam broiler melalui sistem Paranje 5000.

Baca Juga :  Canggih! Unair Hadirkan Teknologi Replika Tengkorak 3D untuk Ubah Cara Belajar dan Penanganan Medis Cedera Kepala

“Paranje 5000 adalah kandang ayam berkapasitas 5000 ekor. Sederhananya, kami sebagai inti dan mitranya adalah para peternak. Kami memotong 80% biaya investasi yang dikeluarkan para calon peternak, yaitu kandang. Dengan konsep bagi hasil, sarana prasarana seperti bibit, pakan, dan pemasaran menjadi tanggung jawab yang disediakan perusahaan bagi mitranya,” ujar Hanif.

Acara dilanjutkan dengan sesi panel bersama beberapa narasumber, yaitu Sri Suharti dari IPB yang membahas pengembangan komoditas domba unggul “IPB Gangdo”,  Desta Wirnas dari IPB University yang mengulas pengelolaan sorgum sebagai alternatif sumber karbohidrat, serta Ali Agus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memaparkan pengembangan telur omega.

Humas Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#Kemdiktisaintek  #DiktiSaintekBerdampak  #KSTI2025 #SainsDanTeknologi  #TeknologiBangkit #SabugaITB  #IndonesiaEmas2025