Teknologi 3D/4D Printing Jadi Kunci Kemandirian Industri Indonesia
Bandung-Teknologi 3D/4D printing dinilai menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan kemandirian industri nasional. Topik ini dibahas dalam sesi “Kemandirian Teknologi Maju melalui Teknologi 3D/4D Printing” pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025, yang digelar di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (9/8).
Sesi ini menghadirkan Herianto dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yanuandri Putrasari dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Vani Virdyawan dari ITB.
3D dan 4D Printing di Era Industri 4.0
Herianto mengatakan, negara-negara maju memiliki strategi berbeda, seperti Jerman yang berfokus pada otomasi dan Internet of Things (IoT), Amerika Serikat pada integrasi kecerdasan buatan dan big data, serta Korea Selatan pada industri semikonduktor dan elektronik.
Ia menjelaskan, 3D printing adalah proses manufaktur aditif yang membangun objek lapis demi lapis, berbeda dengan proses subtraktif yang mengurangi material. Sementara itu, 4D printing adalah pengembangannya, yaitu 3D printing yang ditambah dengan material cerdas (smart material) sehingga dapat merespons dimensi lain seperti waktu atau suhu.
Adapun publikasi global terkait manufaktur aditif mencapai 159.201 dokumen hingga 2024, dengan dominasi di bidang teknik (28,8%) dan sains material (22,2%).
Herianto menekankan potensi 3D/4D printing relevan dengan agenda pembangunan nasional, khususnya empat pilar teknologi material, desain, mesin, dan aplikasi yang mendukung target Asta Cita.
“Pengembangan material maju menjadi peluang besar, sementara kemampuan mencetak desain kompleks dan futuristik mendukung tujuan kewirausahaan (Asta Cita 3), memperkuat sains dan teknologi (Asta Cita 4), serta melanjutkan hilirisasi (Asta Cita 5),” tuturnya.
Riset Mekatronika untuk Kebutuhan Nasional
Sementara itu, Yanuandri Putrasari, Kepala Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN mengatakan lembaganya memiliki tujuan utama untuk melaksanakan riset, pengembangan, dan aplikasi di bidang mekatronika, yang menggabungkan ilmu mesin, elektronika, informatika, dan kontrol.
Fokus riset meliputi sistem otonom untuk kendaraan listrik serta mekatronika cerdas untuk pangan, energi, dan kesehatan. Salah satu hasilnya adalah “seater”, kendaraan listrik otonom berkapasitas satu orang yang dapat digunakan untuk pengiriman barang, transportasi penumpang, hingga membantu mobilitas penyandang disabilitas.
Selain itu, ia menampilkan prototipe keamanan dan pertahanan, termasuk robot penjinak bom Morolipi V2 dan sistem senjata kendali jarak jauh (RCWS) Kal 7,62 mm.
Tantangan Regulasi dan Industri
Di sisi lain, Vani Virdyawan mengatakan, tantangan yang menghambat pengembangan 3D/4D printing di Indonesia, salah satunya ketiadaan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau regulasi teknis untuk produk yang digunakan di sektor kritikal seperti medis atau dirgantara. Tantangan lain meliputi minimnya insentif fiskal bagi industri rintisan dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta belum optimalnya perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) atas desain digital.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara