Strategi Modernisasi Pertahanan: Dari Belanja ke Investasi untuk Kedaulatan Nasional
Bandung-Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global, Indonesia merumuskan jalur baru menuju swasembada pertahanan dengan mengubah paradigma dari sekadar belanja menjadi investasi strategis. Transformasi krusial ini menjadi tema utama dalam sesi diskusi paralel bidang Pertahanan bertajuk “Modernisasi dan Anggaran Pertahanan” pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 di Gedung SBM Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (9/8).
Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bogat Widyatmoko menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen mengubah model pengadaan pertahanan dari sekadar pembelian menjadi belanja untuk investasi.
“Kita harus memastikan komitmen dari prinsipal luar negeri tertuang dalam kontrak dan dieksekusi. Ini bukan hanya pembelian; ini adalah mekanisme pembiayaan untuk industri pertahanan kita,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa strategi ini mewajibkan setiap akuisisi luar negeri memberikan manfaat jangka panjang, seperti produksi bersama, pembangunan fasilitas manufaktur lokal, atau pendirian pusat pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO) di dalam negeri.
Kebijakan ini merupakan respons terhadap kelemahan di masa lalu, di mana pembelian skala besar dari luar negeri memberi dampak minimal bagi industri pertahanan nasional. Tujuannya adalah memanfaatkan anggaran pertahanan yang berpotensi mencapai 1,5% dari PDB sebagai pengungkit pembangunan ekosistem industri yang mandiri, sejalan dengan target Optimal Essential Force dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045.
Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara sekaligus Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Lavi Rizki Zuhal mendukung arah kebijakan ini, menekankan bahwa industri pertahanan yang kuat harus dibangun di atas fondasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Kalau kita tidak punya fondasi dan pilar-pilar yang kuat, kita tidak bisa membangun istana,” ujar Rizki.
Rizki mencontohkan pentingnya investasi jangka panjang dalam riset dasar dan rekayasa, yang memberi cascading spillover bagi berbagg?ai sektor ekonomi, seperti yang ditunjukkan dalam pengembangan propelan “Merah Putih” berbahan baku lokal melalui kolaborasi universitas, pemerintah, dan BUMN.
Forum ini menjadi ajang konsensus nasional bahwa membangun industri pertahanan yang tangguh bukanlah biaya, melainkan investasi fundamental bagi masa depan bangsa. Semangat kolaboratif tersebut sejalan dengan program Diktisaintek Berdampak dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), yang bertujuan menyelaraskan sumber daya intelektual bangsa dengan tujuan industri strategis dalam peta jalan Indonesia Emas 2045.
Dengan mendorong ekosistem terpadu yang menyatukan kekuatan inovasi universitas, kapasitas produksi industri, dan arahan strategis pemerintah.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara