STEM di Bidang Pangan dan Kesehatan Jadi Sorotan KSTI 2025
Bandung-Dalam rangkaian Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikitisaintek) menyelenggarakan sesi diskusi bertajuk “STEM di Bidang Pangan dan Kesehatan” di Sasana Budaya Ganesa, Jumat (8/8).
Fokus utama diskusi adalah mendorong kolaborasi lintas bidang ilmu untuk menjawab tantangan ketahanan pangan dan kesehatan di Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai institusi, antara lain Rizki Abdullah selaku Wakil Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad), Andreas Donny dari PT Etana Biotechnologies Indonesia, Tri Hastini dari Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian, serta Asri Peni Wulandari dari PT Haramai Jaya Nusantara. Para pembicara tersebut menyampaikan pandangan tentang peran ilmu dasar dalam pengembangan riset yang berkelanjutan di sektor pangan dan kesehatan.
Rizki menekankan bahwa kolaborasi bukan hanya menjadi pelengkap, melainkan fondasi utama dalam membangun negara.
“Kolaborasi menjadi kunci utama, kolaborasi bukan sekadar kunci—tetapi fondasi yang sangat penting bagi negara berkembang seperti Indonesia,” ujar Rizki.
Rizki meyakini bahwa tanpa kolaborasi, inovasi akan berjalan lambat dan kurang berdampak luas.
Andreas menyoroti pentingnya sinergi dalam riset bioteknologi. “Dengan kolaborasi yang kuat, Indonesia dapat menghasilkan solusi bioteknologi yang berdampak, tidak hanya secara lokal, tetapi juga global,” ujarnya. Menurutnya, kekuatan inovasi Indonesia dapat meningkat apabila didukung oleh kerja sama antarlembaga dan sektor industri.
Tri dalam paparannya menyampaikan fakta tentang krisis pangan global dan dampaknya terhadap Indonesia.
“Sebanyak 757 juta jiwa di 53 negara mengalami kekurangan pangan,” ungkap Tri.
Data ini menjadi dasar penting dalam memperkuat riset dan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan nasional.
Selain pembicara utama, sesi STEM: Frontier Sciences juga menghadirkan panelis Sumi Hudiyono dari Universitas Indonesia, Wily Bayuardi dari Institut Pertanian Bogor, dan Arry Yanuar dari Universitas Indonesia. Para panelis memperluas perspektif diskusi dengan membahas kontribusi ilmu dasar seperti kimia, biologi, dan matematika terhadap pengembangan riset berbasis teknologi. Diskusi ini mencerminkan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Secara keseluruhan, diskusi ini menekankan bahwa kolaborasi lintas ilmu dan sektor merupakan kunci untuk menciptakan inovasi riset yang berdampak langsung terhadap kualitas hidup masyarakat. Inovasi dalam bidang kesehatan dan pangan harus dibangun di atas landasan ilmu dasar yang kuat dan didukung oleh sinergi berbagai pihak. Dengan demikian, Indonesia diharapkan mampu bersaing di tingkat global dalam menghadirkan solusi berbasis sains dan teknologi.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara