close

Revitalisasi Industri Garam: Teknologi Jadi Kunci Tingkatkan Daya Saing Nasional

Bandung– Sesi terakhir diskusi panel bidang maritim pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 mengangkat topik “Teknologi Material Kelautan: Revitalisasi Industri Garam dan Derivasinya”. Acara ini berlangsung di lantai 6 Gedung Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB Kampus Ganesha, Sabtu (9/8).

Forum ini mempertemukan peneliti, pelaku industri, hingga inovator muda untuk membahas strategi mengangkat industri garam nasional agar lebih bernilai tambah dan berdaya saing di pasar global.

Acara dibuka dengan paparan Widjaja dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang menyoroti pentingnya riset berkelanjutan agar garam tidak hanya berhenti sebagai produk konsumsi rumah tangga, tetapi berkembang menjadi berbagai produk turunan bernilai tinggi.

“Kami berharap produk ini menghasilkan turunan lain sehingga tercapai zero waste, di mana kalsium direaksikan dengan natrium karbonat, dan magnesium direaksikan dengan NaOH untuk membentuk Mg(OH)?,” ujarnya.

Baca Juga :  Berikan Peluang Lebih Luas, 5.000 Mahasiswa Ikuti Program Bangkit 2023

Sementara itu, Syaifuddin dari PT Garam (Persero) menekankan pentingnya swasembada garam. Menurutnya, Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan potensi produksi besar, namun masih mengimpor, terutama untuk garam berkualitas tinggi seperti garam farmasi.

“Ini tantangan sekaligus peluang besar yang harus kita manfaatkan,” kata Syaifuddin.

Inovasi produk turunan juga dipaparkan dosen Teknik Kimia ITS, Siti Nurkhamidah yang mengembangkan “ITSpa”, yakni garam spa berbahan dasar garam laut Madura, garam Himalaya, dan garam Epsom, dipadukan dengan minyak esensial. Produk ini lahir dari inisiatif pemberdayaan istri petani garam di Bali dan Madura, sekaligus membuka pasar baru di sektor kesehatan dan kecantikan.

Dari sisi teknologi, peneliti dari ITS, Fadlilatul Taufany menegaskan bahwa penguasaan teknologi pemurnian, khususnya teknologi membran, menjadi kunci kemandirian industri garam. 

Baca Juga :  Indonesia dan Hungaria Perkuat Sinergi melalui Program Unggulan

Hal senada disampaikan perwakilan dari PT Bintan 9 Niaga, Ageng Bimapratama yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi petani garam agar kualitas produksi terjaga dari hulu ke hilir.

Dari diskusi ini dapat disimpulkan bahwa percepatan kemandirian industri garam memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, BUMN, industri, dan akademisi, didukung peta jalan (roadmap) yang jelas. Revitalisasi infrastruktur, penguatan SDM, dan penerapan teknologi modern menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi garam nasional.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara