Pandemi Bisa Jadi Momentum Tingkatkan Kemampuan Pembelajaran Daring
Siaran Pers
Nomor: 56/Sipers/V/2020
Jakarta – Pandemi COVID-19 telah mengubah sistem pendidikan di Indionesia. Menjelaskan hal tersebut, pelaksana tugas (plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Nizam, menjadi narasumber pada seminar daring yang di gelar oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Provider Indonesia (Kopertip) yang mengusung tema “Dampak COVID-19 pada Pendidikan Nasional”, Selasa (12/5).
Pada kesempatan tersebut, Nizam memaparkan bahwa pandemi COVID-19 secara tidak langsung telah membuat banyak perguruan tinggi yang mengaplikasikan pembelajaran daring. Bahkan momentum pandemi COVID-19 ini memaksa banyak pihak untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring dalam waktu yang sangat cepat.
“Saat ini perguruan tinggi maupun swasta di Indonesia telah melakukan pembelajaran daring dengan baik. Meskipun ada keluhan kendala pada koneksi, namun semua berjalan baik,” ungkap Nizam.
Berkaca dari pembelajaran daring yang ada di negara lain, saat ini pembelajaran daring di Indonesia memang belum 100% dikatakan sempurna. Nizam mengungkapkan, pembelajaran daring di Indonesia perlu memliki resources yang banyak, misalnya perguruan tinggi harus menyiapkan back up bagi mahasiswa dan mentor/tutor harus siap menjawab semua pertanyaan dari mahasiswanya.
“Pembelajaran jarak jauh tidak cukup hanya melalui kuliah daring dan unggah materi perkuliahan, namun asesmen juga perlu dilakukan secara daring,” tuturnya.
Melalui momentum pandemi Covid-19 ini, Nizam berharap semua orang dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran daring yang seutuhnya. Nantinya setelah pandemi ini berakhir, pembelajaran daring akan tetap menjadi pengayaan. Menurutnya, pendidikan tetap memerlukan proses tatap muka karena tidak hanya melakukan transfer ilmu, namun tetap membutuhkan interaksi didalamnya.
COVID-19 menyebar di Indonesia sejak Maret 2020. Meskipun membatasi ruang gerak manusia, namun Nizam tetap memandang sisi positifnya. Ia mengatakan bahwa adanya pandemi ini justru juga mempercepat penelitian yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Contohnya saja pembuatan alat ventilator yang biasanya membutuhkan waktu 1-2 tahun, kini dalam waktu singkat dapat diselesaikan.
“Ini menjadi contoh positif yang juga memanfaatkan pembelajaran jarak jauh,” tutupnya. (YH/DZI/TJS/ALV)
Humas Ditjen Pendidikan Tinggi
Kemendikbud