Optimasi Kolaborasi dan Gotong Royong untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi
Bandung – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memberikan apresiasi kepada seluruh pendidikan tinggi di Jawa Barat dan Banten karena selama pandemi tetap setia untuk melaksanakan mandatnya dalam melaksanakan program pendidikan dan terus meningkatkan prestasi dan capai – capaiannya. Hal tersebut langsung disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam pada Rapat Koordinasi LLDIKTI wilayah IV, Sabtu (27/02).
Lebih lanjut, Nizam mengatakan capaian tersebut dapat terjadi ketika semua pemangku kepentingan secara serius dan bersungguh – sungguh mengupayakan solusi dan cara untuk memastikan mahasiswa dan pembelajaran dapat berlangsung dan berjalan dengan baik dan lancar melalui gotong royong dan kerja sama antara perguruan tinggi, perguruan tinggi dengan pemangku kepentingan, antara orang tua mahasiswa dan kampus, alumni, dan sebagainya.
Hadir dalam acara tersebut yaitu Ketua LLDIKTI wilayah IV, Uman Suherman dan beberapa perwakilan dari pimpinan perguruan tinggi yang berada di Bandung dan sekitarnya. Dalam kegiatan tersebut, Uman melaporkan saat ini hampir 750 ribu mahasiswa terdaftar di perguruan tinggi swasta di Jawa Barat dan Banten yang tersebar di enam bentuk pendidikan, dari Universitas sampai dengan akademi komunitas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mendorong supaya terjadi peningkatan mutu dan relevansi perguruan tinggi. Sebanyak 153 perguruan tinggi belum terakreditasi di LLDIKTI wilayah IV, hal tersebut perlu di perbaiki dengan berbagai upaya antara lain dengan mendorong terjadinya konsolidasi atau penggabungan perguruan tinggi kecil, sehingga diharapkan PTS menjadi perguruan tinggi yang besar dan berkualitas.
“ Saya berharap kedepan akan semakin banyak PTS yang tumbuh menjadi perguruan tinggi yang besar dan berkualitas, berkelas di tingkat global“, kata Nizam.
Nizam mengatakan, dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi merupakan tugas bersama bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja, karena pendidikan tinggi itu memiliki nilai tambah yang tidak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat tetapi juga individu, dampak yang diperoleh langsung dirasakan seorang lulusan dari perguruan tinggi. Prinsip gotong royong antara masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan tetap harus diupayakan dan didorong bersama.
“Gotong royong menjadi satu prinsip yang fundamental di tengah pendidikan tinggi dan partisipasi dari masyarakat dalam bentuk pengembangan perguruan tinggi swasta, tentu sangat diapresiasi”, ujar Nizam.
Pemerintah tetap memberikan dukungan di tengah keterbatasan untuk peran masyarakat dalam bidang pendidikan tinggi, contohnya beasiswa bagi dosen, tunjangan dan sertifikasi untuk dosen, dan lain sebagainya menjadi dukungan pemerintah bagi para stake hoder dalam dunia pendidikan tinggi sekaligus dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Menurut Nizam, jika berbicara biaya pendidikan yang didukung oleh masyarakat, di Indonesia masih termasuk rendah dibandingkan dengan Korea Selatan karena kesadaran pendidikan sebagai investasi pendidikan sudah sangat tinggi dan hal tersebut membuat Korea Selatan melejit maju kedepan meskipun di tahun 50-an posisinya masih menjadi negara yang berada di bawah Indonesia.
Pemerintah dalam memberikan dukungan pengembangan kualitas di perguruan tinggi negeri maupun swasta telah mengalokasikan pendanaan untuk mendorong sinergi antara kampus dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan membuka ruang yang luas bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya melalui kampus merdeka.
Terdapat 3 instrumen pendanaan bagi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Pertama, matching fund, yaitu dana pendamping sebesar 250 M yang akan menjadi dana mitigasi kolaborasi antara perguruan tinggi dengan DUDI melalui platform Kedaireka.
Kedaireka.id adalah platform untuk perkawinan antara dunia industri dengan perguruan tinggi. Dunia industri berinvestasi di perguruan tinggi untuk riset dan pengembangan di perguruan tinggi, memberi ruang bagi mahasiswa untuk melakukan magang, perguruan tinggi hadir sebagai pusat pengembangan atau penelitian untuk menyelesaikan masalah dunia industri.
“Masuknya hasil inovasi ke hilir pastinya memiliki risiko, oleh karena itu pemerintah ikut menampung risiko tersebut dalam bentuk dana pendamping”, ujar Nizam.
Pendanaan yang kedua adalah program kompetisi Kampus Merdeka sebesar 500 M. Program ini akan menjadi kompetisi inovasi, mentransformasi program – program pendidikan menuju pada pembelajaran 4.0 dan pembelajaran Kampus Merdeka.
“Program ini sangat terbuka dan mohon dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh teman – teman sekalian”, kata Nizam.
Dalam kegiatan tersebut Nizam berpesan, jangan sampai ada mahasiswa yang terpaksa DO karena ekonomi yang sulit akibat kondisi pandemi saat ini, karena kerugian akan dirasakan oleh kedua belah pihak, baik bagi mahasiswa juga bagi perguruan tinggi. “Dengan melakukan DO tersebut akan kehilangan calon alumni, kehilangan kesempatan untuk melahirkan sarjana – sarjana yang nantinya akan menjadi bagian dari keluarga besar alumni”, ungkapnya.
Oleh karena itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui kebijakan dan program – program Kampus Merdeka berupaya untuk menjadi bumper ekonomi bagi PTN, PTS, dan mahasiswa di tengah pandemi Covid-10 dengan berbagai skema yang telah disusun.
(YH/DZI/FH/DH/NH/AK)
Humas dan Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman : www.dikti.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Dikti
E-Magz Google Play : G-Magz