close

Nanomaterial Salah Satu Kunci Kemandirian Teknologi Indonesia

Bandung-Diskusi panel Material dan Manufaktur Maju sesi kedua pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 mengangkat tema “Pengembangan Nanomaterial Nasional Menuju Swasembada Teknologi”. Kegiatan ini digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (8/8). 

Pengembangan nanomaterial dinilai berpotensi besar mendorong Indonesia mencapai swasembada teknologi. Keunggulan sumber daya mineral, kemajuan metode produksi, dan kolaborasi lintas sektor menjadi berbagai faktor agar riset dapat memberi dampak nyata bagi industri nasional.

Ratno Nuryadi, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN, mengatakan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral yang sangat strategis.

“Indonesia memiliki lebih dari 47 elemen mineral kritis yang esensial untuk pengembangan nanomaterial,” ujar Ratno.

Baca Juga :  Plt. Direktur Belmawa Melepas 15 Awardee IISMA ke University of Birmingham Inggris

Menurutnya, cadangan ini memberi keunggulan besar untuk memproduksi nanomaterial yang dapat dimanfaatkan di sektor energi, ketahanan pangan, hingga pengelolaan biota. Pemanfaatan inipun akan mempercepat pengembangan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Dari sisi teknologi, Ivandini Tribidasari Anggraningrum, peneliti Universitas Indonesia menyampaikan metode sintesis nanomaterial melalui pendekatan top down dan bottom up. Ia menyoroti keunggulan metode elektrokatalis yang memungkinkan pengendalian struktur hingga membentuk morfologi dendritik yang penting untuk berbagai aplikasi.

“Pendekatan ini memungkinkan kita menghasilkan nanomaterial berharga dengan input bahan kimia minimal, menjadikannya pilihan berkelanjutan dan bisa diskalakan untuk industri teknologi Indonesia,” ujar Ivandi.

Sementara itu, Veinardi Suendo, peneliti ITB menekankan pentingnya sinergi antara peneliti, inovator, dan industri. 

Baca Juga :  Wamen Stella Christie Dorong Penguatan Ekosistem Sains dan Teknologi di Samarinda

“Pengembangan nanomaterial membutuhkan kolaborasi yang kuat agar riset menghasilkan solusi praktis sesuai kebutuhan pasar,” kata Veinardi. 

Ia mengatakan, kemitraan perlu dilengkapi kerangka regulasi yang mendukung proses komersialisasi dan produksi skala besar.

Adapun Himawan Tri Bayu Murti Petrus, peneliti dari Dari Universitas Gadjah Mada (UGM), mengingatkan bahwa inovasi nanomaterial harus berorientasi pada permintaan pasar.

“Tantangan utama bukan hanya menciptakan teknologi, tetapi memastikan bahwa teknologi tersebut dapat diproduksi dan digunakan secara efektif di sektor industri Indonesia,” ujar Himawan.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara