Menjawab Tantangan Lautan Nusantara: Peran Teknologi dalam Mewujudkan Kedaulatan Maritim
Bandung-Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 turut menghadirkan berbagai sesi paralel, Kamis-Sabtu (7-9/8/2025) di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) dan di Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha. Salah satunya membahas potensi besar Indonesia di sektor kemaritiman, yang mengusung topik “Teknologi Maritim Maju: Intervensi Teknologi pada Operasi di Permukaan dan Bawah Air” di Auditorium Freeport, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), ITB Kampus Ganesha, Jumat (8/8).
Acara ini menjadi forum penting bagi akademisi, praktisi, dan pelaku industri untuk berdiskusi tentang inovasi teknologi maritim demi mendorong kemajuan serta kemandirian sektor kelautan Indonesia.
Seminar dibuka dengan pemaparan keynote speaker dari peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), I Made Andi Arsana. Ia menyampaikan materi tentang Geo-Spatial Data and Technology in Maritime Boundaries, menyoroti kompleksitas dalam menentukan batas wilayah laut antarnegara dan tantangan dalam survei batimetri yang kerap memakan waktu yang tidak sebentar.
“Harapan saya, ke depan akan ada teknologi yang bisa memberikan kejelasan batas wilayah laut antarnegara dan ruang laut, agar lebih mudah dipetakan,” ujarnya.
Dari sektor industri, perwakilan dari PT ITS Tekno Sains, Yuda Apri Hermawan, memperkenalkan beberapa inovasi teknologi maritim karya anak bangsa, seperti Intelligent Boat (I-Beat) ITS, Autonomous Bathymetric Survey Boat, ROV (Remotely Operated Vehicle), serta Hybrid Autonomous/Remotely Operated Underwater Vehicle (HA/ROUV).
Teknologi ini bertujuan mempercepat dan mempermudah proses pengumpulan data laut. Khususnya, teknologi Autonomous Bathymetric Survey USV dinilai dapat menjawab tantangan penentuan ruang laut.
Agenda ini pun menghadirkan Ketut Buda Artana dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang memaparkan tentang sistem Automated Identification System (AISITS), yakni sebuah platform digital yang dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan kapal dan instalasi laut, termasuk offshore rig. AISITS mampu memberikan early warning, melacak bahan bakar, memantau emisi, serta melakukan forensik laut. Teknologi ini bahkan telah dikomersialisasi dan digunakan oleh Pertamina untuk pengamanan jaringan pipa bawah laut di Kalimantan.
Diskusi panel selanjutnya memperdalam tema intervensi teknologi maritim, dengan menghadirkan para pakar seperti Indra Jaya dari Institut Pertanian Bogor (IPB); Irwan Meilano dari ITB; Ketut Buda Artana dari ITS; dan I Made Andi Arsana dari UGM. Para narasumber membahas isu krusial seputar infrastruktur, kapabilitas, regulasi, dan arah keberlanjutan teknologi maritim nasional.
Irwan Meilano berharap agar Indonesia segera memiliki roadmap maritim nasional yang mampu melahirkan produk unggulan dan mendorong negara keluar dari middle income trap.
“Kalau kita punya peta jalan secara nasional dan bisa dijadikan regulasi, itu akan mempercepat terciptanya produk unggulan dalam waktu dekat,” ungkapnya.
Seminar ini tak hanya menjadi ajang pembelajaran dan berbagi pengetahuan, tetapi juga langkah strategis dalam memperkuat kolaborasi antara akademisi, peneliti, dan pelaku industri. Kegiatan ini mencerminkan komitmen KSTI 2025 untuk mendorong kemajuan industri maritim Indonesia yang inovatif, mandiri, dan berdaya saing global.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara