close

Memajukan Ekosistem AI dan Semikonduktor Indonesia: Kebijakan, Teknologi, dan Sinergi untuk Pertumbuhan Berkelanjutan

Bandung-Wadah strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam membangun ekosistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan semikonduktor yang tangguh dan berdaya saing global dihadirkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaitek), melalui Konvensi Sains Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) Indonesia 2025.

Pada sesi diskusi yang mengusung tema Memungkinkan Pertumbuhan – Kebijakan dan Regulasi untuk Ekosistem AI & Semikonduktor yang Maju, Sabtu (9/8), para akademisi, pelaku industri, pemerintah, dan komunitas startup memaparkan pandangan serta strategi konkret untuk mendorong kemandirian teknologi Indonesia.

Sebagai pembicara, Riri Fitri Sari dari Universitas Indonesia, menggarisbawahi keterkaitan erat antara digitalisasi, keberlanjutan, dan etika dalam membangun resiliensi bangsa di era AI dan semikonduktor. Saat ini kita memerlukan kebijakan berbasis hak asasi manusia dan etika, termasuk mengatasi tantangan bias, keamanan data, dan akuntabilitas sistem AI.

“Teknologi harus selalu berpihak pada manusia dan lingkungan. Transformasi digital dan AI bukanlah tujuan akhir, tapi cara kita untuk membangun kesejahteraan yang adil dan berkelanjutan,” ujar Riri.

Menurut Riri, Indonesia memiliki peluang besar memanfaatkan momentum peringkat ke-38 di AI Readiness Index dengan penguatan literasi, harmonisasi regulasi, dan investasi berkelanjutan pada Sumber Daya Manusia (SDM).

Dari perspektif industri, Fransiskus Leonardus dari Intel menjelaskan transformasi AI dari model lama berbasis input manusia menuju AI yang dapat berinteraksi secara mandiri. Intel telah menanamkan Neural Processing Unit (NPU) pada prosesor terbaru, memungkinkan aplikasi AI berjalan langsung di perangkat pengguna. Menurutnya, hal yang penting saat ini adalah ekosistem yang kolaboratif antara pembuat perangkat keras, pengembang perangkat lunak, dan dunia pendidikan.

Baca Juga :  Kongres III Forum Dekan Teknik Indonesia

Dari sisi kebijakan dan regulasi, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Nurul Ikhwan, menyoroti perlunya konsolidasi energi nasional untuk menarik investasi teknologi yang tepat guna. Hadirnya tantangan global mulai dari ketimpangan sosial hingga krisis sumber daya alam, serta pentingnya strategi pelatihan tenaga kerja sejak tahap pembangunan pabrik agar siap mengoperasikan teknologi baru.

Ikhwan mengatakan bahwa tantangan utamanya adalah menggeser inovasi dari skala laboratorium ke skala industri. Pemerintah telah berupaya menyiapkan insentif seperti super tax deduction hingga 300 persen bagi investor yang membawa inovasi teknologi sesuai kebutuhan industri nasional.

Dari sisi lain, Infall Syafalni dari PT. Indonesia Chip Design Collaborative Center (ICDEC) dan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, mendorong pemanfaatan open-source IC design tools sebagai solusi terjangkau bagi startup semikonduktor lokal. Menurut Infall, pendekatan ini memungkinkan kolaborasi lebih luas, mengurangi ketergantungan pada mitra luar, dan mempercepat inovasi.  Ke depan, hal penting yang perlu dilakukan adalah penyesuaian kurikulum universitas agar talenta lokal siap menghadapi tantangan masa depan, termasuk pengembangan chip untuk AI accelerator dan Graphics Processing Unit (GPU).

Baca Juga :  Berikan Bantuan Kuota, Ditjen Dikti Kerjasama dengan PT Hutchison 3 Indonesia

Melalui diskusi ini, para pembicara lintas sektor sepakat bahwa penguatan ekosistem AI dan semikonduktor Indonesia memerlukan pendekatan menyeluruh, baik dari kebijakan dan regulasi yang adaptif, investasi berkelanjutan pada SDM, pemanfaatan teknologi terbuka, serta kolaborasi erat lintas sektor. Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan mampu untuk mengambil posisi strategis di panggung teknologi global.

Sejalan dengan semangat Diktisaintek Berdampak, Kemdiktisaintek menempatkan penguatan ekosistem AI dan semikonduktor sebagai prioritas strategis dalam mendorong hilirisasi teknologi dan kemandirian industri nasional. Melalui KSTI 2025, Kemdiktisaintek menghadirkan ruang kolaborasi riset di perguruan tinggi, sinergi industri, dan dukungan regulasi yang berpihak pada inovasi. Melalui pendekatan ini, setiap investasi dan pengembangan talenta di bidang AI dan semikonduktor diharapkan memberikan dampak nyata mulai dari peningkatan daya saing global hingga penciptaan solusi teknologi yang relevan untuk kebutuhan bangsa.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara