Material Maju Jadi Fondasi Kemandirian Energi Baru dan Terbarukan Nasional
Bandung-Diskusi paralel ke-6 Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 menghadirkan peneliti dan perwakilan pemerintah untuk membahas peran material maju dalam mendukung kemandirian energi baru dan terbarukan (EBT). Diskusi ini digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (9/8).
Vivi Fauzia, dari Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) menyampaikan pemanfaatan material maju untuk tenaga surya, penyimpanan energi, dan energi hidrogen. Namun, hal ini memerlukan biaya produksi tinggi.
“Misal, untuk membuat sel surya saja, hanya BRIN yang punya. Untuk organik, blockbox itu mahal,” katanya.
Sementara itu Yuliar Firdaus dari Pusat Riset Elektronika BRIN menyampaikan bahwa pengembangan panel surya diarahkan untuk meningkatkan efisiensi, daya tahan, dan kemudahan produksi skala besar.
Ia mengatakan, keterbatasan infrastruktur menjadi hambatan. “Perlengkapan energi surya yang lengkap di Indonesia belum banyak, perlu memperkuat infrastruktur di semua institusi,” ujarnya.
Adapun, Rachmat Hidayat dari FMIPA ITB menekankan pentingnya kesiapan masyarakat menerima tantangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Potensi sumber daya terbarukan dan peluang industri panel surya di Indonesia sangat tinggi, namun ia menilai masih ada jarak antara peneliti dan industri.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara