close

KSTI 2025 Tampilkan Sejumlah Produk Riset Inovasi Unggulan Karya Anak Bangsa

Bandung–Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Budaya Ganesa menghadirkan pameran karya-karya unggulan hasil inovasi dari berbagai perguruan tinggi dan industri di Indonesia, Kamis (7/8).

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menyebutkan, lebih dari 400 hasil riset unggulan dari perguruan tinggi, kementerian, dan industri dipamerkan pada acara tersebut. Salah satu inovasi yang menarik perhatian pada KSTI 2025 adalah Inovasi Katalis Merah Putih yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Katalis ini digunakan untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang sama, namun dalam waktu yang lebih efisien,” ujar Geby, Mahasiswa Teknik Kimia ITB.

Selain itu, dalam inovasi ini juga terdapat teknologi yang dapat memproduksi bensin dari sawit nonpangan dengan menggunakan katalis berbahan baku yang ramah lingkungan.

Di bidang kesehatan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan inovasi berupa alat pengukuran noninvasif, yaitu IHEART (pengukur kandungan darah), ICHOL (pengukur kadar kolesterol), dan IGLUCO (pengukur kadar gula darah).

“Alat ini bersifat noninvasif tanpa menggunakan jarum suntik. Pengguna cukup memasukkan jari ke dalam alat, dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca melalui aplikasi,” ujar Fadil, Mahasiswa Teknik Kimia ITS.

Di bidang pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) menghasilkan inovasi mulai dari benih padi varietas 9G, 11S, hingga 15S, serta benih jagung. Salah satu hasil olahan dari benih jagung tersebut adalah beras analog atau beras tiruan.

“Beras analog ini memiliki indeks glikemik yang rendah, sehingga cocok untuk penderita diabetes,” ujar I Ketut Mudite Adnyane dari Direktorat Riset dan Inovasi IPB.

Baca Juga :  Mendiktisaintek Tegaskan Sains, Teknologi dan Karakter Kebangsaan sebagai Pilar SDM Unggul Indonesia Maju

Selain Fruit Storage Chamber karya ITB. Inovasi ini merupakan tempat penyimpanan buah yang menggunakan teknologi nano untuk memperlambat proses pematangan.

“Biasanya buah hanya bisa bertahan selama lima hari, tetapi dengan teknologi ini bisa bertahan dua kali lipat,” ujar Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, Fenny Martha Dwivan.

Selain itu, pada bidang energi terdapat Ecoblox dari Universitas Negeri Gorontalo, yakni sebuah inovasi pembuatan dinding panel berbahan limbah popok bayi dan tongkol jagung sebagai insulasi termal untuk mendukung zero waste.

Di bidang maritim, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) memperkenalkan inovasi bernama Remotely Surface Vehicle for Water Monitoring Automation System (RSV Emas).

“Produk ini dirancang untuk digunakan di tambak udang. Alat ini dapat bergerak secara otomatis untuk mendeteksi kedalaman lumpur, pH, suhu, dan salinitas air, sehingga udang yang dihasilkan lebih sehat dan produktivitas meningkat,” jelas Imam Sutrisno dari PPNS.

Di bidang pertahanan, terdapat pula karya inovatif dari ITS berupa Rompi Armits dan Frangible Bullet.

“Rompi Armits terbuat dari bahan komposit sehingga lebih ringan dibandingkan rompi konvensional, sedangkan frangible bullet akan langsung hancur menjadi serbuk saat mengenai benda keras. Kedua produk ini telah melalui uji balistik dan uji kelayakan di PT Pindad,” ujar Yani dari Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi ITS.

Baca Juga :  Resmikan Gedung Laboratorium Kesehatan Terpadu Undhiksa, plt. Dirjen Diktiristek Pacu Undhiksa Berprestasi di Kancah Global

Di bidang digitalisasi (AI dan semikonduktor) memperkenalkan inovasi berupa Rissa, sebuah sistem berbasis digital yang dirancang untuk menjalankan layanan masyarakat secara lebih efisien.

“Rissa ini berfungsi untuk menjalankan sistem untuk pelayanan masyarakat,” ujar Khoirul Anam, Mahasiswa ITS.

Selain itu terdapat pula Game Based Assesment dari Universitas Indonesia (UI). Inovasi ini merupakan metode penilaian yang menggunakan elemen game untuk mengukur kemampuan, keterampilan, atau sifat psikologis seseorang.

Sementara itu, di bidang material dan manufaktur maju, ITB juga menghadirkan inovasi berupa Hepamatch, yakni alat biosensor dan potensiostat portabel yang berfungsi sebagai pembaca sinyal.

“Hasil pengujian dianalisis berdasarkan respons arus; semakin rendah arus yang terbaca, menunjukkan bahwa target biomarker Hepatitis B berhasil dideteksi oleh biosensor,” jelas Evan Fajri Mulia Harahap, Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri ITB.Di bidang hilirisasi dan industrialisasi, Universitas Padjadjaran (Unpad) menghadirkan inovasi berupa serat rami sebagai alternatif bahan tekstil.

“Serat rami dinilai lebih kuat dibandingkan serat kapas, dan dalam prosesnya kami menggunakan teknologi biodegumming berbasis fungi untuk menghilangkan getah pada serat,” jelas Fatia, Mahasiswa Unpad.

Konvensi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang inovatif dan siap bersaing di kancah global. Diharapkan karya-karya ini dapat diadopsi secara luas dan dikembangkan untuk mendukung kemandirian teknologi nasional.

Biro Umum, Humas dan Pengadaan Barang Jasa Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) 

Info selengkapnya: https://ksti2025.kemdiktisaintek.go.id

#KSTI2025 #DiktisaintekBerdampak #SainsUntukIndonesia #InovasiMasaDepan #TeknologiBicara #SaintekBerdampak