close

KSTI 2025 Perkenalkan NIVA: Teknologi Skrining Noninvasif untuk Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular 

Bandung–Teknologi kesehatan terus berkembang pesat, salah satunya melalui inovasi Non-Invasive Vascular Analyzer (NIVA) yang diperkenalkan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. NIVA merupakan alat skrining jantung dan pembuluh darah inovasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB). NIVA bekerja secara noninvasif, menggabungkan cuff sensor, PPG sensor, dan perangkat lunak pemrosesan data untuk menghasilkan pengukuran yang cepat, aman, dan akurat, Sabtu (9/8).

NIVA dirancang untuk mendeteksi perubahan aliran darah dan kekakuan pembuluh darah. Hal ini memegang peran penting dalam mengidentifikasi tanda-tanda awal penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, aterosklerosis, hingga potensi serangan jantung. Proses pemeriksaannya terbilang sederhana. Pengguna cukup mengenakan manset yang dilengkapi sensor PPG untuk membaca detak jantung, tanpa perlu pengambilan sampel darah. Dalam waktu singkat, hasil pengukuran dapat langsung terbaca. Ini memberikan kemudahan bagi pasien maupun tenaga medis dalam memantau kesehatan jantung secara cepat dan noninvasif.

Keunggulan utama NIVA antara lain deteksi dini gangguan kardiovaskular, pengukuran elastisitas dan kekakuan pembuluh darah tanpa prosedur invasif, serta proses pemeriksaan yang hanya memerlukan waktu sekitar lima menit tanpa rasa sakit. Cara kerjanya sudah dilengkapi fitur noninvasif, cepat dan efisien, hasil lebih konprehensif. 

NIVA hadir untuk mengurangi ketergantungan pada tes invasif, membantu mendeteksi risiko penyakit tersembunyi sebelum berkembang, memantau kesehatan darah secara berkala dan mendeteksi hipertensi dan risiko kardiovaskular lebih awal

Baca Juga :  Peringati Hari Ibu, Dharma Wanita Ditjen Diktiristek Ajak Perempuan Berdaya Majukan Indonesia

Selain memudahkan masyarakat melakukan pemeriksaan rutin, NIVA juga dirancang sebagai alat bantu strategis bagi tenaga medis dalam memantau kondisi pasien secara berkala. Perangkat ini memungkinkan dokter dan tenaga kesehatan mendapatkan data kesehatan yang akurat dan terintegrasi, sehingga mereka dapat melakukan evaluasi dan penanganan yang lebih cepat, tepat, dan berbasis bukti. Inovasi ini menjadi jembatan antara pemeriksaan mandiri oleh pasien dan intervensi profesional oleh tenaga medis, menciptakan alur layanan kesehatan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Pengembangan NIVA dinilai sangat relevan dengan kondisi Indonesia, di mana penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi penyebab kematian utama. Dengan kemampuannya memantau kesehatan pembuluh darah secara berkelanjutan, data hasil pengukuran NIVA dapat menjadi landasan penting dalam penyusunan strategi pencegahan yang lebih efektif.

Inovasi ini juga menghadirkan terobosan dari sisi aksesibilitas. Jika sebelumnya pemeriksaan menyeluruh atau Medical Check Up (MCU) hanya tersedia di rumah sakit besar dengan biaya tinggi, NIVA menawarkan solusi yang lebih terjangkau tanpa mengurangi akurasi. Dengan demikian, pemeriksaan kesehatan pembuluh darah dapat menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas.

Ke depannya, NIVA ditargetkan untuk diimplementasikan secara luas, tidak hanya di rumah sakit besar, tetapi juga di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas. Distribusinya telah mulai diperluas melalui kerja sama dengan sektor logistik, memanfaatkan jalur distribusi eksternal yang kini sudah menjangkau Jakarta dan Yogyakarta.

Baca Juga :  Dorong Kampus Menjadi Mata Air Gerakan Hijau Melalui Kampus Merdeka

Fungsinya pun tidak berhenti pada skrining awal, karena NIVA memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Salah satu inovasi lanjutan yang telah diintegrasikan adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk analisis hasil pemeriksaan secara lebih presisi. AI dalam NIVA memberikan rekomendasi makanan, panduan gaya hidup sehat yang disesuaikan dengan kondisi pasien, serta berfungsi sebagai sistem basis data terintegrasi untuk pemantauan kesehatan. Meski demikian, interpretasi dan penerapan hasil AI tetap harus berada di bawah pendampingan tenaga medis, sehingga akurasi dan keamanan informasi bagi pasien tetap terjamin.

Melalui Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang diusung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) inovasi seperti NIVA diharapkan dapat menjadi bagian dari transformasi layanan kesehatan di Indonesia. Kolaborasi antara peneliti, industri, tenaga medis, dan pemerintah menjadi kunci untuk memastikan teknologi ini dapat digunakan secara luas demi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara