KSTI 2025, Mendorong Transformasi Layanan Kesehatan Berbasis Teknologi dan Kearifan Lokal
Bandung–Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 menghadirkan diskusi strategis di bidang kesehatan yang bertema “Transformasi Layanan Kesehatan: Digitalisasi, Rumah Sakit Modern, dan Telemedicine”, Sabtu (9/8).
Forum diskusi paralel ini menjadi wadah kolaborasi antara praktisi, akademisi, dan pemerintah dalam merumuskan arah transformasi layanan kesehatan di era digital. Sesi ini menghadirkan pembicara kunci dan panelis antara lain Nasronudin (Direktur Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga), Darwito (perwakilan Asosiasi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri), Eric Daniel Tenda dari Universitas Indonesia, dan Kesumapramudya Naputra dari Universitas Gadjah Mada. Para narasumber mendiskusikan terkait layanan kesehatan modern saat ini, yang tidak hanya berpusat pada infrastruktur rumah sakit, tetapi juga mencakup pemanfaatan teknologi digital, bigdata, dan telemedicine.
Pada sesi ini, Nasronudin menjelaskan bahwa transformasi layanan kesehatan dan digitalisasi membutuhkan penyesuaian pada seluruh elemen mulai dari hardware, software, hingga brainware dan heartware. Pelayanan harus dimaksimalkan tidak hanya melalui penggunaan teknologi digital, tetapi juga penguatan kompetensi dan etika sumber daya manusia. Tantangan lainnya dalam transformasi layanan kesehatan adalah jumlah tenaga medis dan pengembangan jejaring untuk mendorong sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Transformasi layanan kesehatan di era digital ini membutuhkan sinergi dan kolaborasi lintas sektoral baik sektor pendidikan, kesehatan, maupun industri.
“Transformasi layanan kesehatan di era 4.0 membutuhkan kolaborasi lintas sektor, meliputi kesehatan, pendidikan, dan industri. Kolaborasi ini akan mempercepat implementasi teknologi dan memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten untuk mendukung transformasi layanan kesehatan,” ujar Nasronudin.
Sementara itu Darwito, perwakilan ARSPTN menyampaikan bahwa transformasi layanan kesehatan berbasis digital harus selaras dengan kearifan lokal. pendekatan ini merupakan langkah strategis untuk menyeimbangkan antara pengembangan teknologi dengan nilai budaya, sehingga inovasi dan hilirisasi dapat berkelanjutan.
“Digitalisasi itu dibangun dari ritme kehidupan yang berbasis local wisdom, pendekatan strategis ini mampu menyeimbangkan teknologi dan nilai budaya serta pengembangan teknologi sebagai inovasi hilirisasi berkelanjutan,” ujar Darwito.
Darwanto mengungkapkan bahwa keseimbangan antara hardware, software, dan brainware merupakan hal yang penting. Transformasi teknologi tanpa penguatan sumber daya manusia akan berjalan timpang. Sementara penguatan sumber daya manusia tanpa dukungan infrastruktur teknologi akan menghambat percepatan inovasi. Untuk itu, pembenahan manajemen rumah sakit, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam etika dan digitalisasi, serta perluasan jejaring riset menjadi pondasi yang tidak bisa diabaikan.
Pada sesi panel, Eric Daniel Tenda dari Universitas Indonesia menyoroti bahwa kunci transformasi digital rumah sakit adalah perubahan manajemen. Tantangan rumah sakit modern terletak pada bagaimana mentransformasi health care dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan lintas sektor. Pentingnya peran universitas dalam mengembangkan inovasi, termasuk pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan. Eric menegaskan bahwa peran dokter tidak akan digantikan oleh AI.
“Dokter tidak akan tergantikan dengan teknologi Artificial Intelligence,” tegas Eric.
Sementara itu, Kesumapramudya Naputra dari Universitas Gajah Mada memaparkan pentingnya standarisasi data rumah sakit agar memudahkan akses informasi pasien. interoperabilitas data antar rumah sakit merupakan hal yang penting. Namun tantangan untuk mewujudkan hal ini cukup besar karena keterbatasan talenta digital yang memahami arsitektur pemograman yang terkait dengan manajerial rumah sakit. Untuk itu, calon tenaga kesehatan perlu menguasai literasi data dan digital sejak dini.
Melalui forum ini, para pakar sepakat bahwa kunci keberhasilan transformasi layanan kesehatan tidak hanya terletak pada kemajuan teknologi, tetapi juga pada kekuatan kolaborasi lintas sektor, penguatan sumber daya manusia, dan kemitraan yang berkesinambungan. Rangkaian diskusi di KSTI 2025 menegaskan pesan utama bahwa masa depan layanan kesehatan di Indonesia harus dibangun dengan menggabungkan inovasi teknologi, tenaga profesional yang unggul, serta jejaring kerja sama. Dengan visi yang terarah dan komitmen bersama, Indonesia berpeluang besar menjadi pionir layanan kesehatan modern yang unggul namun namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai kearifan lokal.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara