KSTI 2025: Menciptakan Masa Depan Indonesia dengan Lompatan Kuantum dan Material Canggih
Bandung-Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 mengumpulkan para pemikir terbaik dari berbagai bidang) di Gedung CRCS Lantai 3, Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk mengeksplorasi masa depan Indonesia melalui kemajuan teknologi kuantum dan ilmu material yang canggih. Sesi ini mengangkat ambisi bangsa untuk melompat maju ke garis depan teknologi global melalui pengembangan material transformatif, Jum’at (8/8).
Acara ini dimoderatori oleh Farid Triawan dan dibuka dengan pidato kunci yang menginspirasi dari Hermawan Kresno Dipojono, ilmuwan terkemuka dari ITB. Kresno menekankan bagaimana teknologi kuantum mengubah cara kita memandang material dan potensi yang dimilikinya.
“Seiring kita melangkah ke era teknologi kuantum, penciptaan material baru yang inovatif akan menjadi landasan utama bagi kemajuan teknologi,” ujar Kresno.
Ia juga menegaskan bahwa untuk Indonesia memimpin, negara ini harus memprioritaskan riset kuantum, mulai dari penginderaan hingga komputasi.
Selanjutnya, Guruh Mehra Mulyana dari Peruri, perusahaan percetakan uang negara, menjelaskan bagaimana perusahaannya mendorong batasan material keamanan dan teknologi antipemalsuan.
“Kami sedang mengembangkan material canggih yang tidak hanya melindungi aset negara, tetapi juga membawa kita menuju kemandirian dalam produksi material,” jelas Mulyana.
Ia juga menyoroti pentingnya mengurangi ketergantungan pada material impor dan meningkatkan produksi lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Tri Winarno dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut hadir sebagai pembicara kunci dan berbicara mengenai strategi pemerintah untuk mendorong kolaborasi antara lembaga riset, industri, dan akademisi.
“Tujuan nasional kami adalah menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi material yang dapat mendorong Indonesia menuju kemandirian industri dan keunggulan teknologi,” kata Winarno.
Ia juga menekankan fokus Indonesia pada pengembangan material seperti grafena dan litium, yang sangat penting untuk pengembangan teknologi motor listrik.
“Jika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, setidaknya kita bisa menjadi yang pertama dalam fokus pada material-material ini,” tegasnya.
Sesi ini juga menghadirkan Arka Irfani dari Bell Living Lab ITB, yang membagikan perjalanannya dalam mengubah sampah menjadi produk ramah lingkungan.
“Kami mulai meneliti biomaterial pada 2018, dan pada 2021 kami mendirikan perusahaan. Awalnya, tidak ada yang membeli produk kami, namun kami fokus pada pembuatan produk sederhana yang fungsional dan mengenalkannya melalui media sosial dan acara,” kenang Arka.
Ia menjelaskan bahwa dana untuk startup mereka diperoleh melalui kemenangan lomba, yang kemudian diinvestasikan untuk mengembangkan perusahaan. Meskipun menghadapi tantangan awal, termasuk keterbatasan fasilitas produksi, Arka menekankan pentingnya kolaborasi dan memulai dari yang sederhana dalam memperkenalkan material baru ke pasar.
Dalam menjawab pertanyaan tentang mengapa konsumen harus membeli produk mereka, Arka menegaskan bahwa keberlanjutan telah menjadi faktor utama bagi konsumen.
“Produk kami memang tidak sempurna di awal, namun konsumen semakin menghargai keberlanjutan dan ingin mencoba material baru. Kunci utamanya adalah menjaga hubungan baik dengan pembeli,” ujar Arka.
Ia juga berbagi wawasan tentang tantangan yang dihadapi oleh industri furnitur Indonesia, yang dulu merupakan eksportir utama, namun kini kalah bersaing dengan negara-negara seperti China dan Vietnam. Namun, ia menekankan bahwa industri furnitur terus mencari material unik yang dapat meningkatkan kualitas dan daya saing.
Munawar dari Universitas Indonesia (UI) turut memberikan wawasan dalam sesi ini, membahas bagaimana komputasi kuantum dapat menjadi terobosan dalam desain material.
“Komputasi kuantum memungkinkan kita merancang material dengan presisi luar biasa pada tingkat atom, membuka jalan bagi inovasi dalam penyimpanan energi, biosensor, dan banyak lagi,” kata Munawar.
Sesi tanya jawab pun memancing diskusi lebih dalam tentang isu-isu utama terkait teknologi kuantum dan sains material. Salah satu pertanyaan diajukan kepada Kresno mengenai komputasi kuantum dan aplikasinya dalam sains material. Retno Mulyadi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertanya tentang kemajuan riset komputasi kuantum, khususnya terkait empat jenis teknologi kuantum—penginderaan kuantum, kriptografi, komputasi, dan komunikasi. Kresno menjawab bahwa riset penginderaan kuantum dan kriptografi masih terus berjalan, dan pembuatan chip kuantum memerlukan material yang sangat canggih.
Retno juga mengajukan pertanyaan mengenai penggunaan pendekatan bottom up atau top down dalam sintesis material kuantum. Kresno menjelaskan perbedaan antara kedua metode tersebut, dengan mengatakan,
“Pada pendekatan bottom up, kita mulai dari partikel terkecil dan membangunnya menjadi material. Sedangkan pada pendekatan top-down, material yang lebih besar dihancurkan menjadi komponen yang lebih kecil,” ungkap Retno.
Selain itu, Tri menegaskan kembali fokus Indonesia pada material tertentu seperti grafena dan litium, yang sangat berpotensi dalam pengembangan teknologi motor listrik.
“Jika kita tidak bisa menjadi yang terbaik, setidaknya kita bisa menjadi yang pertama dalam fokus pada material-material ini,” ujarnya.
Ahmad dari Fakultas Teknik UI juga mengajukan pertanyaan mengenai kesamaan antara material yang digunakan dalam pencetakan uang. Ia bertanya apakah kualitas material yang digunakan untuk mencetak uang bisa direplikasi. Guruh merespons dengan mengakui bahwa mereplikasi material keamanan berkualitas tinggi adalah tantangan berkelanjutan, namun melalui inovasi, proses tersebut terus berkembang.
Sesi ini diakhiri dengan diskusi tentang masa depan material canggih di Indonesia, dengan fokus pada penciptaan material yang lebih ramah lingkungan, terjangkau, dan dapat diproduksi secara lokal. Para ahli sepakat bahwa pengembangan material canggih sangat penting untuk masa depan industri Indonesia, dan kolaborasi antara akademisi, industri, serta pemerintah adalah kunci utama menuju kesuksesan.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara