close

Kreativitas dalam Inovasi Hubungkan Perguruan Tinggi dengan Industri

Jakarta- Learn Business Anywhere by ARRBEY melaksanakan Webinar Kelas Ekspor dengan tema Two Ways: Innovation for All, Sabtu (18/7). Webinar ini menghadirkan plt. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud, Nizam sebagai pembicara utama.

Handito Joewono, Chief Strategy Consultant ARRBEY mengutarakan bahwa ekspor saat ini membutuhkan inovasi. Berbeda dengan zaman dahulu dimana jika produksi barang dalam kondisi baik dan harga murah dapat langsung dipasarkan tanpa perlu adanya inovasi. Kini inovasi bisa dilakukan tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga pengolahan dan pemasaran.

Di sisi lain, dalam Webinar tersebut plt. Dirjen Dikti, Nizam, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki nilai kreativitas yang baik. Sehingga inovasi-inovasi dapat mudah dimunculkan. Terutama selama masa pandemi ini diharapkan inovasi dapat tetap terus meningkat.

Baca Juga :  CHRM2 Universitas Jember Gelar Penguatan Kapasitas Guna Pemberlakuan Regulasi Yang Inklusif

“Bangsa Indonesia memiliki kelebihan yaitu kreativitas yang unik. Setiap sudut daerah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke memiliki kekayaan dan keunggulan seni dan kreativitas. Pandemi saat ini diharapkan juga dapat menjadi batu loncatan yang lebih tinggi terhadap inovasi yang ada. Kedai Inovasi (Kedaulatan Indonesia untuk Inovasi) contohnya, salah satu proyek penampungan inovasi yang akan diluncurkan dalam waktu dekat,” ujarnya.

Lanjut Nizam, inovasi dalam bidang ekspor saat ini dapat dilakukan dengan cara menghubungkan Perguruan Tinggi sebagai lembaga riset dan industri/perusahaan sebagai pasar. Ia turut menjelaskan bahwa saat ini yang dibutuhkan tidak hanya ide tetapi sudah harus mencakup langkah penggerak.

“Inovasi dalam bidang ekspor ini dapat dilakukan dengan menghubungkan Perguruan Tinggi selaku titik produksi (riset) dan industri selaku pasar. Sehingga fokus kita “connecting the dots” dalam berbagai platform baik formal maupun non-formal. Create into action sebagai langkah penggerak sehingga bukan hanya ide yang dikembangkan namun juga aktualisasinya. Lebih baik mencoba 1000 kali kemudian berhasil daripada tidak mencoba sama sekali kemudian pada akhirnya tidak berhasil,” tuturnya.

Baca Juga :  Mahasiswa ITS Ciptakan Aplikasi untuk Pasien Gagal Ginjal

Sementara itu, Maryono, selaku ketua Presidium III Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (HIMPUNI) turut setuju dengan konsep connecting the dots, menurutnya langkah yang harus ditempuh adalah eksekusi dengan adanya kolaborasi.

“Sudah selayaknya dilakukan kolaborasi antara Perguruan Tinggi dan industri/perusahaan. Tiga langkah yang harus dilakukan adalah eksekusi, eksekusi, dan eksekusi tapi diiringi dengan kolaborasi,” jelasnya. (YH/RMB/DZI/FH/DH/NH)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan