close

KIP-Kuliah Kuatkan Denyut Harapan dari Merauke

Merauke- Di ujung timur nusantara, ketika matahari pertama kali menyapa Indonesia, harapan tumbuh dari ruang-ruang kuliah yang mungkin sunyi, tapi tak pernah sepi semangat. Di tanah yang luas lagi hangat, gema langkah para mahasiswa Papua penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah) menjadi denyut harapan yang pelan-pelan menggetarkan masa depan, Kamis (3/7).

Salah satu penerima KIP-Kuliah adalah Klitus Kosai. Mahasiswa semester 4 Jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Musamus Merauke ini datang dari Wamena membawa harapan demi gelar sarjana Ekonomi Pembangunan.

“Ayah saya petani, ibu saya ibu rumah tangga biasa,” ucapnya.

Di balik senyumnya, ia menyimpan cerita getir yang perlahan dijahit menjadi syukur. KIP-Kuliah bukan hanya memberi kesempatan mengenyam bangku kuliah, tapi juga menjadi penyemangat hidupnya.

“Puji Tuhan, saya bisa bayar UKT, bisa makan, dan tetap kuliah,” ucap Klitus dengan berbinar-binar.

Di sudut kampus lain, kisah serupa hidup dalam diri Maria Dunanda Mustira Kowirep Kaikman. Mahasiswi Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan ini lahir dari ayah seorang buruh tani dan ibu pemilik kios kecil.

Baca Juga :  Refleksi Kualitas SDM Perguruan Tinggi melalui Seminar Internasional IDCP

“KIP-Kuliah bukan hanya kartu. Itu jembatan saya menuju cita-cita. Saya ingin jadi perempuan Papua yang berdampak untuk daerah saya,” ungkapnya dengan optimis.

Mereka paham, perubahan Papua bukanlah lompatan sesaat. Ia harus tumbuh seperti pohon sagu, perlahan, tapi kokoh. Dan pendidikan tinggi bagi mereka, adalah akar dari semuanya. Maria berharap pemerintah pusat semakin memperhatikan pendidikan berbasis keahlian praktis yang sesuai dengan potensi lokal.

“Kalau bisa, sejak SMP sampai kuliah, pelajaran disesuaikan dengan bakat dan minat anak. Misalnya saya tertarik di bangunan, berarti dari awal difokuskan ke situ. Jadi anak-anak Papua bisa belajar sesuai potensi,” harap Maria.

Bagi Maria, program pendidikan yang ideal bukan hanya soal ijazah, tetapi soal kesesuaian antara kebutuhan daerah dan kemampuan generasi mudanya. Iapun menitipkan harapan agar pemerintah agar semakin melibatkan masyarakat dalam berbagai kebijakan, termasuk “Kampus Berdampak” hingga lebih mengakar.

Baca Juga :  Audiensi dengan Pimpinan PTS Jogja, Mendiktisaintek Dorong Penguatan Peran Perguruan Tinggi dalam Peningkatan Kualitas SDM dan Inovasi

“Saya harap program-program seperti ini bisa lebih disesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal di sini,” tuturnya.

Maria percaya bahwa pendekatan yang menghargai identitas Papua akan melahirkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tapi juga memiliki ikatan batin dengan tanah kelahirannya. Sebagai mahasiswa aktif yang terlibat dalam berbagai organisasi, iapun tertarik terlibat dalam berbagai kegiatan “Kampus Berdampak”.

“Programnya tidak hanya meningkatkan kualitas lulusan, tapi juga menantang kita untuk bermanfaat bagi masyarakat. Saya ingin terlibat lebih jauh,” ujarnya penuh semangat.

Dari Klitus dan Maria, kita belajar bahwa mereka adalah denyut harapan bangsa, yang berdetak tenang dan melangkah pasti dari ruang kuliah menuju masa depan Indonesia Emas.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif