Kemdiktisaintek Luncurkan Hibah Penelitian Transisi Energi Indonesia-Australia
Jakarta-Dalam rangka mendukung transisi energi Indonesia yang berkeadilan dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia dan Australia meluncurkan hibah untuk penelitian transisi energi kolaboratif di kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Rabu (12/3).
Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan yang hadir mewakili Menteri Brian Yuliarto menyambut baik inisiatif kolaborasi antara Kemdiktisaintek, Platform Kemitraan Pengetahuan Australia-Indonesia (KONEKSI), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Program ini sejalan dengan apa yang digagas dan menjadi misi di Kemdiktisaintek, yakni transformasi pendidikan tinggi. Harapannya, pendidikan tinggi menjadi problem solver terhadap persoalan yang ada di Indonesia,” kata Wamen Fauzan.
Wamen Fauzan juga menambahkan, program ini merupakan salah satu bentuk perwujudan dalam mendukung Asta Cita, yakni memperkuat peran perguruan tinggi.
Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto, memastikan LPDP sebagai pihak penyedia dana dari Indonesia akan menjaga tata kelola dan mitigasi risiko untuk program ini. Hal ini untuk menjaga apa yang dibangun bersama menjadi sesuatu yang benar-benar berdampak.
“LPDP berkomitmen untuk bisa menjadi katalis atau enabler untuk penguatan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia, khususnya di bidang transisi energi,” ujar Ayom.
Dalam kesempatan ini, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Fauzan Adziman, memaparkan sistem pendanaan program hibah penelitian ini.
“Sistemnya co-funding, Indonesia menginvestasikan Rp20 miliar dan Australia dengan jumlah yang sama. Kami akan mendanai dari hulu ke hilir dari penelitian awal hingga implementasi ke sistem, termasuk rekomendasi kebijakan,” jelas Dirjen Fauzan.
Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath menyatakan bahwa setelah 75 tahun bermitra, Pemerintah Australia dan Indonesia berkontribusi hibah bersama untuk pertama kalinya. Kerja sama ini mendorong kolaborasi perorangan maupun di tingkat institusi.
“Melalui skema joint call ini, pemerintah Australia dan Indonesia berkomitmen untuk mendorong riset-riset yang berfokus pada pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kita memastikan tidak ada seorangpun yang tertinggal,” tegas Gita Kamath.
Panggilan bersama untuk proposal penelitian kolaboratif ini diharapkan dapat membuka peluang baru untuk para peneliti Indonesia untuk berkolaborasi dan mengakses sumber daya dengan lebih maksimal. Kolaborasi riset akan lebih berfokus pada teknologi dan mendorong partisipasi kampus di Indonesia untuk menjadi bagian dari riset konsorsium, khususnya Indonesia Timur. Hal ini karena program tersebut juga memastikan pengembangan energi transisi yang berkelanjutan akan menyasar daerah yang membutuhkan.
Program ini juga dilakukan dalam rangka akselerasi pembangunan di Indonesia.
“Inilah bukti nyata bahwa kolaborasi sangat diperlukan. Tanpa kolaborasi, kita tidak akan mencapai satu titik yang kita harapkan,” pungkas Wamen Fauzan.
Turut menghadiri acara ini Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar Mangihut Simatupang, Direktur Hilirisasi dan Kemitraan, Yos Sunitiyoso, Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana, Minister-Counsellor for Economic, Infrastructure and Investment Kedutaan Besar Australia, Tim Stapleton, serta Counsellor for Development Effectiveness and Humanitarian Kedutaan Besar Australia, Simon Flores.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif