Kemdiktisaintek Jajaki Kolaborasi Strategis dengan Kompas Group, Perkuat Ekosistem Hilirisasi Riset Nasional
Jakarta-Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto melakukan kunjungan media ke Kompas Group, Kamis (31/7).
Kunjungan ini bertujuan membangun kolaborasi antara ekosistem pendidikan tinggi dan industri media untuk memperkuat ekosistem hilirisasi riset dan inovasi nasional. Dalam pertemuan tersebut, Mendiktisaintek mengungkap pentingnya peran media dalam membangun budaya iptek di masyarakat serta mendekatkan hasil riset ke dunia usaha dan masyarakat luas. Kompas Group menyambut baik ajakan kolaborasi, khususnya dalam penguatan literasi iptek, diseminasi inovasi, serta pengembangan talenta muda berbasis sains dan teknologi.
“Di era saat ini, media menjadi salah satu kekuatan yang sangat penting untuk membangun banyak hal, baik dalam menyosialisasikan kebijakan, meminta umpan balik atas apa yang telah kita kerjakan, maupun membangun komunikasi dan hubungan yang berkelanjutan,” ungkap Menteri Brian.
Sinergi strategis dengan media nasional seperti Kompas Group sangat relevan dalam mendorong penguatan riset untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Dengan jangkauan dan reputasi yang kuat, media mampu memperkuat ekosistem hilirisasi riset melalui penyebaran informasi yang kredibel dan edukatif.
Lebih lanjut, Menteri Brian menjelaskan bahwa negara-negara besar yang sukses keluar dari middle income trap memiliki dorongan kolektif dan budaya kolaborasi yang kuat. Karena itu, pembangunan industri ke depan harus didukung oleh sains dan teknologi. Diperlukan orkestrasi yang solid antara kampus, tempat lahirnya SDM unggul dan riset mumpuni, dengan dunia industri, agar inovasi bisa berjalan efektif dan berdampak.
Mendiktisaintek menyebutkan proses hilirisasi riset bukanlah hal yang mudah. Meski demikian, proses inilah yang menjadi fondasi penting bagi tumbuhnya industri berbasis sains dan teknologi yang dapat memberikan dampak signifikan bagi masyarakat.
“Oleh karena itu, kita harus terus mendorong riset ke arah hilirisasi, tanpa melupakan pentingnya riset fundamental. Keduanya harus berjalan beriringan. Harapan masyarakat sangat besar, mereka ingin segera melihat hasil dari riset tersebut. Untuk itu, sinkronisasi antara kebijakan penelitian dan hilirisasi menjadi sangat penting, dan saat ini terus kami tuangkan dalam berbagai kebijakan yang lebih terarah dan berkelanjutan,” jelas Menteri Brian.
Riset dasar tetap menjadi fokus yang perlu terus diperkuat. Namun, di saat yang sama, hasil riset yang sudah memiliki potensi untuk melangkah ke tahap hilirisasi dan komersialisasi juga harus didorong. Dalam hal ini Mendiktisaintek menekankan pentingnya kolaborasi dengan industri, pemerintah daerah, dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menenga (UMKM), guna memastikan bahwa produk hasil riset benar-benar menjawab kebutuhan pasar dan masyarakat.
Disrupsi Teknologi pada Industri Media
CEO Kompas Group Media, Andy Budiman mengungkapkan kecerdasan buatan (AI) kini menjadi salah satu disruptor utama bagi industri media. Konten dari media seringkali disajikan tanpa konteks dan hanya potongan saja, sehingga kehilangan nilai conceptivity.
“AI bisa jadi akselerator, tapi juga berpotensi menjadi disruptor. Jika sumber daya media semakin terbatas, AI juga akan kesulitan, karena kualitas konten bukan hanya dibutuhkan manusia, tetapi juga AI sendiri,” ujar CEO Andy.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman mengatakan bahwa riset harus diarahkan untuk menjawab persoalan nyata industri, termasuk disrupsi akibat AI. Oleh karena itu, riset perlu dikembangkan baik dari sisi teknis (fundamental dan terapan) maupun non-teknis (sosial, ekonomi, hukum). Guna mendukung ini, dibutuhkan skema pendanaan riset berbasis pemecahan masalah serta kemitraan multipihak, mulai dari industri, pemerintah, BUMN, hingga startup.
“Ada beberapa fokus riset yang dikembangkan Kemdiktisaintek, mulai dari bidang pangan, kesehatan, energi, dan digitalisasi. Termasuk di dalamnya AI dan semikonduktor sebagai teknologi kunci, serta isu strategis lainnya seperti reindustrialisasi, pertahanan, maritim, material maju, dan manufaktur maju,” ujar Dirjen Fauzan.
Fungsi kampus dan ekosistem riset ke depan perlu diposisikan sebagai simpul pertumbuhan ekonomi. Karena di dalamnya tidak hanya ada teknologi, tetapi juga ada faktor kepakaran. Program-program yang kami kembangkan dibangun agar lebih berdampak.
Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Kemdiktisaintek, Yos Sunitiyoso, Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemdiktisaintek, I Ketut Adnyana, Kepala Biro Umum, Humas, dan PBJ Manifes Zubayr, serta Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Tatacipta Dirgantara.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif