Kemdiktisaintek dan KemenPPPA Bersinergi Wujudkan Kampus Tanpa Kekerasan
Jakarta—Dalam rangka menciptakan lingkungan perguruan tinggi yang aman, ramah perempuan, dan bebas kekerasan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melakukan audiensi bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dalam rangka menjalin kerja sama strategis untuk mengkampanyekan pencegahan kekerasan seksual dan perundungan (bullying) di lingkungan kampus. Sinergi ini akan mulai digulirkan secara masif pada masa Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2025, Rabu (30/4).
Dalam audiensi tersebut, Menteri Brian menegaskan bahwa masa PKKMB merupakan momentum krusial untuk membentuk kesadaran mahasiswa baru terhadap isu kekerasan seksual dan perundungan.
“Kami meyakini ini waktu yang tepat untuk memberikan muatan penting tentang pelecehan dan perundungan. Mahasiswa baru sedang sangat antusias, dan ini kesempatan emas untuk membentuk kesadaran sejak awal,” ujar Menteri Brian.
Menteri Brian juga menyampaikan rencana Kemdiktisaintek untuk mengeluarkan surat edaran kepada seluruh perguruan tinggi agar memuat klausul tentang pencegahan kekerasan dan penyimpangan perilaku dalam kontrak mahasiswa baru.
“Kami ingin nilai-nilai antikekerasan menjadi bagian dari identitas mahasiswa sejak hari pertama masuk kampus. Ini bukan hanya kampanye, tapi gerakan nasional yang berkelanjutan,” tambah Menteri Brian.
Senada, Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi (Arifah Fauzi) menekankan pentingnya keterlibatan aktif kampus dan seluruh pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem pendidikan tinggi yang inklusif dan aman bagi semua.
“Panitia ospek tidak boleh melakukan kekerasan dalam bentuk apapun. Kita perlu deklarasi bersama kampus seluruh Indonesia sebagai bentuk komitmen nyata. Bahkan, kita bisa berikan penghargaan kepada kampus yang menerapkan standar ramah perempuan dan anak,” tegas Menteri Arifah.
MenPPPA juga menambahkan bahwa pendekatan komunikasi terhadap Gen Z memerlukan strategi yang adaptif dan kekinian.
“Kami akan melibatkan influencer yang memahami karakter anak muda agar pesan kampanye ini bisa diterima dengan kuat dan tidak terasa menggurui. Saat ospek nanti, saya dan Pak Menteri akan turun langsung ke kampus untuk menyapa dan menyampaikan pesan ini secara langsung,” jelas Menteri Arifah.
Audiensi ini menghasilkan komitmen bersama antara lain untuk:
1). Menyusun surat edaran bersama terkait integrasi materi pencegahan kekerasan ke dalam kegiatan PKKMB;
2). Merancang materi kampanye yang relevan bagi Gen Z, termasuk pelibatan figur publik atau influencer;
3). Membuat simbolisasi kerja sama antara Kemdiktisaintek dan KemenPPPA sebagai bentuk konkret gerakan nasional; serta
4). Mempersiapkan mekanisme apresiasi (award) bagi kampus-kampus yang berhasil menerapkan prinsip kampus ramah perempuan dan anak.
Audiensi kedua kementerian berlangsung di Kantor KemenPPPA, Jakarta. Pertemuan ini menjadi momen strategis dalam membangun kesepahaman antar kementerian dalam mendorong kampus-kampus di Indonesia menjadi ruang belajar yang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
Kolaborasi dua kementerian ini diharapkan sebagai langkah strategis dan preventif dalam menciptakan ruang akademik yang sehat, aman, dan inklusif.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif