close

Inovasi Chip Lokal dan Semikonduktor untuk Kedaulatan Digital

Bandung-Para pemangku kepentingan dari pemerintah, industri, dan akademisi berkumpul dalam sesi paralel pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), di Sasana Budaya Ganesa, Jumat (8/8).

Sesi yang bertajuk Penguatan Kedaulatan Nasional melalui Inovasi Chip Lokal di Era Transformasi Digital ini menyoroti visi bersama yakni membangun ekosistem semikonduktor yang mandiri dan kompetitif guna mendorong Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.

Deputi Bidang Koordinasi Industri, Ketenagakerjaan, dan Pariwisata, Mohammad Rudy Salahuddin menyampaikan, kerangka regulasi yang tengah disiapkan pemerintah dalam hal pembangunan ekosistem semikonduktor dan teknologi baru sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045 dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Lebih lanjut Rudy menjelaskan bahwa sasaran transformasi ekonomi ini termasuk target ambisius untuk meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 28 persen serta menempatkan Indonesia dalam 20 besar IMD World Digital Competitiveness Ranking pada 2045 mendatang.

Pemerintah saat ini tengah merampungkan Rancangan Peraturan Presiden sebagai dasar hukum dari peta jalan tersebut. Strategi utamanya mengacu pada pendekatan pentahelix yang melibatkan kolaborasi antara akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media. 

“Model kolaboratif ini menjadi fondasi penting dalam membangun ekosistem yang kompetitif, inklusif, dan berkelanjutan, dengan pemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator,” tegas Rudy.

Baca Juga :  Tim Maskot Asian Games Raih Juara 1 UIUX Competition CREATE-IN 2021

Di sisi lain, Trio Adiono dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menambahkan dua area yang memiliki hambatan masuk rendah namun nilai tambah tinggi, yakni perancangan chip (fabless) dan proses hilir (assembly, test, and packaging). Perancangan chip membutuhkan investasi modal lebih rendah dibanding fabrikasi, tetapi menuntut sumber daya manusia berkualitas tinggi serta penguasaan teknologi. Kemudian proses hilir harus lebih padat karya dan memungkinkan integrasi lebih cepat ke rantai pasok global.

Dengan fokus pada dua sektor ini, Indonesia dapat membangun fondasi kuat sebelum berkembang ke tahap yang lebih padat modal seperti fabrikasi (foundry). Kedua pembicara itu sepakat bahwa Indonesia harus bersikap strategis dalam memasuki rantai pasok semikonduktor global.

Dari sisi industri, Joga Dharma Setiawan dari PT LEN Industri mengaitkan misi dan visi perusahaannya dengan Asta Cita, delapan program strategis Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Joga menegaskan komitmen PT LEN Industri sebagai pilar utama transformasi teknologi pertahanan nasional yang mencakup AI, satelit, semikonduktor, elektrooptik, sistem C2, robotik, radar, dan keamanan siber.

“Industri semikonduktor bersifat kompleks dan terbagi dalam banyak segmen, sehingga memerlukan integrasi rantai pasok nasional dan kolaborasi dengan rantai pasok global untuk mempercepat pengembangan teknologi,” jelas Joga.

Baca Juga :  KIP Kuliah, Lentera Perjalanan Paulus Rosario Hegemur, Anak Papua Menuju Dunia Digital

Berangkat dari hal itu, Joga mengusulkan strategi yang mampu mencakup pemetaan rantai pasok global, penguatan ekosistem, co-development & co-investment, serta pengembangan pasar dan teknologi yang berkelanjutan.

Trio dan Indonesia Chip Design Collaborative Centre (ICDeC) menyampaikan potensi pasar yang sangat besar di bidang semikonduktor. Lebih lanjut, Trio memproyeksikan bahwa pendapatan semikonduktor Indonesia dapat mencapai US$2,79 miliar pada tahun 2025 dan tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sekitar 21,7 persen hingga mencapai sekitar US$7,44 miliar pada 2030 mendatang.

Trio juga menekankan bahwa inisiatif ini bukan sekadar pertumbuhan pasar, melainkan menyangkut kedaulatan ekonomi dan keamanan nasional. Pandangan ini juga disampaikan oleh Robby Kurniawan Harahap dari Universitas Gunadarma yang menjelaskan dukungan akademik melalui riset, lokakarya, dan pengembangan produk chip berdaya rendah.

Meski tantangan seperti kesenjangan keterampilan, tingginya biaya modal, dan kompetisi regional masih menjadi hambatan, para pembicara tetap optimistis bahwa melalui sinergi pentahelix yang solid, Indonesia dapat mencapai kemandirian teknologi dalam bidang chip dan memperkuat kedaulatan nasional di era digital.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara