close

Forum Dialog Kebijakan untuk Pengembangan Riset dan Inovasi AI di Bidang Kesehatan (Tahap 2)

Jakarta (17/03) – Menindaklanjuti dialog kebijakan pertama yang diselenggarakan pada 4 Maret lalu, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi kembali menyelenggarakan Dialog Kebijakan untuk Pengembangan Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan (AI) di Bidang Kesehatan tahap 2.

Kegiatan ini kembali menggandeng Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Universitas Indonesia bersama tim diaspora dari Jerman, dengan fokus lebih mendalam pada rekomendasi kebijakan yang dapat mendorong pemanfaatan AI untuk mendukung layanan kesehatan di Indonesia dan prioritas riset untuk mendukung tujuan tersebut (11/03).

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Fauzan Adziman membuka pertemuan dengan menegaskan pentingnya publikasi hasil diskusi ini bagi ekosistem riset dan inovasi.

“Permasalahan yang dirumuskan dalam forum dialog ini akan kami publikasikan melalui platform Kemdiktisaintek, sehingga para pengusul proposal dapat mengidentifikasi bidang yang menjadi prioritas yang mengerucut dan mengarah kepada penyelesaian masalah,” ujar Dirjen Fauzan. Hasil dari diskusi ini diharapkan menjadi dasar dalam menentukan arah pendanaan riset di masa mendatang.

“Pengembangan AI merupakan transformasi sosial yang mendalam, yang memerlukan pertimbangan cermat dampak jangka panjang terhadap nilai, hak, dan kesejahteraan manusia”, ungkap Direktur IMERI, Badriul Hegar, dalam sambutannya. Ia menyoroti bahwa meskipun riset dan inovasi berbasis AI di bidang kesehatan menawarkan peluang besar, tantangan yang menyertainya juga tidak kalah signifikan. Dalam penerapannya, AI dapat dianalogikan seperti merekrut seorang karyawan, di mana tiga aspek utama—integritas, kecerdasan, dan energi—harus dipenuhi untuk memastikan implementasi yang optimal dan bertanggung jawab.

Baca Juga :  Ditjen Dikti Peduli, Bantu Perguruan Tinggi dan Korban Bencana Alam di NTT

Lebih lanjut, Dirjen Risbang Fauzan Adziman menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam merumuskan problem statement, yang tidak hanya berasal dari universitas, tetapi juga melibatkan industri, kementerian, lembaga negara, serta komunitas terkait. Melalui diskusi ini, diharapkan dapat dipetakan isu dan tantangan dalam pengembangan AI di bidang kesehatan, termasuk kesenjangan implementasi, regulasi, kebijakan, investasi, dan ekosistem.

Selain itu, forum ini bertujuan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan prioritas guna mendorong riset dan inovasi AI yang lebih terarah dan berdampak bagi sektor kesehatan.

Koordinator tim fasilitor, Hendro Wicaksono, profesor di Constructor University Jerman yang juga co-founder start up Labdha, menjelaskan dialog kebijakan dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok terpumpun/FGD untuk identifikasi dan analisis masalah berdasarkan domain STEEPV (Social, Technology, Environment, Economy, Politics, Values), serta merumuskan usulan solusi dengan pendekatan SCAMPER (Substitute, Combine, Adapt, Modify, Put to another use, Eliminate, Reverse). Metode ini diharapkan dapat memberikan solusi konkrit untuk Kemdiktksaintek dan berbagai pihak terkait.

Baca Juga :  Pencanangan Zona Integritas FMIPA Universitas Negeri Medan

Diskusi tahap kedua ini menghadirkan 24 narasumber ahli dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, pelaku industri, lembaga pemerintah, dan diaspora. Para narasumber terbagi dalam tiga kelompok diskusi utama, yaitu Values & Environment, Technology & Economy, serta Social & Politics. Beberapa di antaranya yang turut hadir adalah Ova Emilia (Rektor UGM/Dewan Pendidikan Tinggi, Akmal Taher (AIPI), Bagus Muljadi (perwakilan diaspora, Nottingham University), Dwi Larso (Direktur Beasiswa LPDP), Hammam Riza (KORIKA), Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS). Narasumber juga melibatkan unsur pemerintah dari Kemdiksaintek, BRIN dan Komdigi.

Pada 3 Maret 2025, Kemdiktisaintek meluncurkan program pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, dengan salah satu fokus utamanya pada tantangan yang dapat diselesaikan melalui kecerdasan buatan serta delapan bidang fokus RIRN, termasuk bidang kesehatan.

Hasil dialog kebijakan ini selanjutnya akan dirumuskan dalam rekomendasi kebijakan dan prioritas riset yang akan digunakan oleh Kemdiktisaintek dan stakeholders terkait.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif