close

AirBiliNest, Inkubator Inovasi Anak Bangsa untuk Atasi Penyakit Kuning pada Bayi

Bandung–Diktisaintek Berdampak bukan hanya slogan, tapi landasan awal bagi perguruan tinggi di Indonesia untuk memberikan kontribusi nyata terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat. Melalui kegiatan Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang diselenggarakan 7-9 Agustus di Bandung, perguruan tinggi menghadirkan berbagai inovasi yang menjadi solusi nyata bagi masyarakat.

Pada bidang kesehatan, Universitas Airlangga (Unair) memeperkenalkan produk inovasi berupa AirBiliNest (Airlangga Bilirubin Nesting). Produk inovasi ini merupakan alat fototerapi cerdas portabel yang dikembangkan untuk menangani hiperbilirubinemia atau penyakit kuning pada bayi baru lahir. Berdasarkan data Riskesdas 2007, hiperbilirubinemia dialami oleh 60–80% bayi pada minggu pertama kehidupan, dan menjadi penyebab kelima kematian bayi di Indonesia.

Kelebihan bilirubin pada bayi jika tidak ditangani secara serius dapat menyebabkan kerusakan saraf (neurotoksisitas). Meskipun fototerapi telah menjadi metode utama dalam menurunkan kadar bilirubin, alat konvensional pada umumnya memiliki harga yang mahal, tidak fleksibel, serta mengharuskan orang tua untuk terpisah dari bayinya selama perawatan.

Baca Juga :  Wamendiktidsaintek Tegaskan Pentingnya Evaluasi Penggunaan Rekomendasi Artificial Intelligence (AI) pada Sistem Pemerintahan

AirBiliNest hadir sebagai solusi atas tantangan tersebut. Inovasi ini menawarkan pendekatan terapi yang lebih cepat, nyaman, dan terjangkau. Alat ini bekerja dengan dua sumber cahaya LED biru yang memapar bayi dari atas dan bawah dengan panjang gelombang 470 nm. Setiap sisi selimut terdiri dari lima panel LED dengan susunan 8×27 titik cahaya yang menghasilkan area iluminasi 40 x 30 cm di kedua sisi. Kontrol intensitas cahaya dapat dilakukan melalui aplikasi AirBiliNest di ponsel, sekaligus dapat memantau suhu dan kelembapan lingkungan bayi secara real time.

“Kelebihan alat ini dibanding inkubator bayi biasa adalah memiliki dua paparan sinar yaitu dari atas dan bawah yang diharapkan dapat mempercepat proses terapi bayi kuning,” ujar Syah Reza Budi Azhari, salah satu peneliti AirBiliNest, Jumat (8/8).

Syahreza menjelaskan bahwa paparan sinar fototerapi dalam alat ini dapat dikontrol melalui ponsel sesuai dosis intensitas yang dibutuhkan selama perawatan. Lebih lanjut, AirBiliNest menggunakan bahan utama dari tekstil untuk mengutamakan kenyamanan bagi bayi. Saat ini, AirBiliNest tengah dalam proses komersialisasi agar dapat digunakan lebih luas di berbagai fasilitas kesehatan.

Baca Juga :  Kemdiktisaintek Bekali Calon Mahasiswa Beasiswa BIM dan Garuda: 337 Penerima Siap Lanjutkan Studi

Inovasi ini merupakan hasil dari kolaborasi multidisipliner lintas fakultas di Universitas Airlangga yang melibatkan Fakultas Kedokteran, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Vokasi, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sinergi antar bidang ini menciptakan solusi teknologi medis yang tidak hanya fungsional, tetapi juga mempertimbangkan aspek kenyamanan, keberlanjutan, dan kemudahan akses.

Keikutsertaan AirBiliNest dalam KSTI 2025 menjadi wujud nyata dari semangat hilirisasi riset dan integrasi sains dengan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, inovasi ini memperkuat sistem kesehatan nasional melalui pengembangan teknologi berbasis riset unggulan yang terjangkau, adaptif, dan berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup bayi dan ibu di Indonesia.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara