AI Lokal dan Desain Chip “Softcore” Jadi Arah menuju Kedaulatan Teknologi Indonesia
Bandung-Panel pakar dari kalangan akademisi dan industri merumuskan arah dalam peta jalan yang pragmatis dan efisien untuk mencapai kemandirian teknologi Indonesia dalam salah satu sesi Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), di Sasana Budaya Ganesa, Sabtu (9/8).
Strategi ke depan akan berfokus pada pengembangan kecerdasan artifisial (AI) yang disesuaikan dengan konteks Indonesia, serta pemanfaatan pendekatan softcore sebagai pintu masuk ke industri semikonduktor, guna mempercepat langkah menuju Indonesia Emas 2045.
Hanung Adi Nugroho dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan mengenai konsep Local AI yang bukan sekadar lokasi tempat AI dijalankan, melainkan AI yang dibangun untuk memahami konteks khas Indonesia, mulai dari pengenalan makanan tradisional dan bahasa daerah, diagnosis penyakit endemik, hingga analisis kompleks aktivitas panas bumi.
Hanung mengungkapkan sejumlah studi kasus penerapan Local AI, seperti analisis citra untuk deteksi dini retinopati diabetik dan kanker payudara, hingga pembuatan motif batik unik dengan AI. Namun, Hanung menyoroti adanya kesenjangan besar antara prototipe hasil riset di kampus dan adopsi oleh industri.
Saat ini, hanya 0,3% riset AI di Indonesia yang melibatkan kolaborasi dengan industri, dan kurang dari 10% dari lebih dari 2.500 hak kekayaan intelektual hasil riset yang dimanfaatkan.
“Diperlukan dukungan pemerintah melalui regulasi yang jelas, kepastian pasar, dan mekanisme adopsi untuk menjembatani kesenjangan antara hasil riset dan hilirisasi industri,” ujar Hanung.
Terkait tantangan hardware di industri chip, Rian Ferdian, dari Universitas Andalas sekaligus perwakilan Indonesian Chip Design Collaborative Center (ICDEC), mengusulkan strategi masuk ke industri semikonduktor melalui metode softcore. Berbeda dengan pabrik chip konvensional yang memerlukan investasi awal lebih dari USD 10 miliar, implementasi softcore hanya memerlukan sekitar USD 1–5 juta, sehingga menjadi langkah awal yang lebih realistis dan terjangkau.
Selain lebih hemat biaya, pendekatan ini juga berpotensi mengembangkan talenta lokal melalui kebutuhan insinyur desain chip yang terampil, sekaligus mendorong penelitian dan pendidikan. Metode ini memungkinkan pembuatan chip khusus untuk kebutuhan lokal, seperti pertanian, Internet of Things (IoT), dan logistik.
Lebih lanjut, Ferdian memproyeksikan peluang membangun pendapatan berkelanjutan melalui model bisnis berbasis royalti jangka panjang dengan melisensikan kekayaan intelektual ke perusahaan global.
Dari sisi industri, Pujo Laksono, Vice President Data dan AI Kazee Digital Indonesia, menunjukkan bahwa AI lokal bukan hanya cita-cita masa depan, tetapi sudah menjadi kenyataan. AI diperkirakan akan memberikan kontribusi hingga USD 366 miliar bagi perekonomian Indonesia pada 2030, dan perusahaan lokal siap memimpin perkembangan ini.
Kazee, perusahaan rintisan AI dan data berbasis di Bandung, telah melayani lebih dari 200 klien korporasi dan pemerintah, termasuk Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satu inovasinya adalah AI Report Generator yang mampu memangkas waktu pembuatan laporan hingga 75 persen serta meningkatkan efisiensi birokrasi secara signifikan.
Pujo menegaskan bahwa peta jalan Kazee untuk menjadi “National AI and Data Champion” bertumpu pada kemitraan strategis, dengan seruan akan hadirnya regulasi yang mendukung AI lokal dan insentif pemerintah untuk membangun ekosistem yang kuat.
Pada sesi diskusi panel di KSTI 2025 ini menegaskan tentang jalan menuju kedaulatan digital Indonesia ditempuh dengan memanfaatkan talenta dan keahlian lokal untuk menciptakan teknologi yang menjawab tantangan bangsa. Para pakar sepakat bahwa mewujudkan visi ini memerlukan kolaborasi berkelanjutan dan strategis antara akademisi, industri, dan pemerintah yang berpandangan maju.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekBerdampak
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif
#KSTI2025
#SainsUntukIndonesia
#InovasiMasaDepan
#TeknologiBicara