ITS Salurkan Inovasi Air Purifier dan Masker Antiviral ke Masyarakat
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus menggencarkan hilirisasi produk inovasinya supaya dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Kali ini, Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) ITS menggelar kegiatan difusi teknologi hasil produk inovasi berupa air purifier (pembersih udara) dan masker yang antiviral (antivirus and bacterial) di Kelurahan Bangunsari dan Desa Palur, Madiun, Rabu (22/12).
Salah satu dosen pengembang produk tersebut, Dr Widyastuti SSi MSi menjelaskan, air purifier antiviral digunakan untuk menyaring udara pada ruangan tertutup. Hal tersebut lantaran ruangan tertutup lebih berbahaya dalam penyebaran bakteri dan virus melalui udara atau droplet jika dibandingkan dengan ruangan terbuka.
Dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi tersebut menyebutkan, kelebihan produk inovasinya ini karena adanya tembaga berukuran nano dalam lapisan penyaring. Teknologi tembaga nanopartikel tersebut membuat air purifier memiliki kemampuan dalam membunuh jamur, bakteri, dan virus, selain untuk menyaring debu. “Sehingga udara yang keluar bisa dipastikan benar-benar bersih,” ungkapnya.
Menurutnya, lapisan penyaring tersebut dapat bertahan lama sampai enam bulan. Selain itu, pemakaian air purifier ini sangat mudah karena hanya dengan menyentuh layarnya (touchscreen). Jika dinyalakan, terdapat indikator warna dari hijau, kuning, dan merah. “Warna merah menandakan udara sangat kotor sehingga kipas dalam air purifier akan otomatis berjalan semakin cepat,” terangnya.
Keunggulan lain, lanjut Widyastuti, air purifier ini juga memberikan indikator suhu dan kelembaban udara serta suaranya yang tidak berisik. Atas dasar tersebut, penyaluran air purifier ke kantor kepala desa diharapkan bisa membuat pelayanan publik yang nyaman dan aman bagi masyarakat setempat.
Selain air purifier, kegiatan tersebut juga menyalurkan produk masker antiviral yang mampu melawan bakteri dan virus. Masih menggunakan teknologi yang sama, Widyastuti menjelaskan jika masker tersebut juga terbuat dari kain yang ditambahkan tembaga berukuran nano yang mampu membuat virus hanya bertahan selama empat jam.
Masker tersebut juga dapat dicuci dengan menggunakan air dingin dan sedikit tambahan pengharum. “Masker masih efektif melawan virus lebih dari 80 persen walaupun sudah dicuci sampai 50 kali,” ungkap perempuan yang juga alumnus ITS ini.
Terakhir, Widyastuti berharap jika kegiatan ini mampu memberikan dampak yang baik bagi masyarakat serta bisa menerapkan berbagai teknologi yang sudah dibuat di ITS kepada masyarakat. “Semoga bisa bermanfaat untuk ke depannya,” tandasnya. (HUMAS ITS)